Pidato Abo Doto saat daftar ke KIP Aceh

Pidato Abo Doto saat daftar ke KIP Aceh
Pasangan AZAN menaiki mobil Jeep saat mengunjungi KIP Banda Aceh untuk mendaftar sebagai pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh. (Kanal Aceh/Randi)

BANDA ACEH (KANALACEH.COM) – Pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Zaini Abdullah-Nasaruddin resmi mendaftarkan diri ke Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh, Rabu (21/9). Dalam kesempatan itu Zaini Abdullah menyampaikan sambutan yang berisi tentang tekadnya maju pada Pilkada 2017 mendatang. Terutama menegakkan perdamaian hakiki di bumi serambi mekkah.

Berikut pidato lengkap Zaini Abdullah saat mendaftar di KIP Aceh

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Hari ini tepat 21 September 2016, setelah melengkapi seluruh persyaratan administrasi, maka saya dan Pak Nas secara resmi mendaftarkan pencalonan kami, menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh 2017-2022. Awalnya KIP mengumumkan bahwa KTP dukungan AZAN tidak mencukupi, meski demikian saya yakin Allah selalu menguji kesungguhan hambaNya. Apalagi ketika urusan tersebut adalah mengenai jalan menjadi pemimpin.

Ini jelas dalam Surah Ali Imran, Ayat 26: “Katakanlah, ‘Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki, Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Hari ini, seluruh persyaratan termasuk kekurangan KTP tersebut telah kami penuhi, dan karenanya pula kami berdua secara resmi mendaftarkan diri, disertai doa dan dukungan pemilik KTP yang menaruh harapannya pada kami berdua. Tentu saya berterimakasih kepada para pendukung kami, namun sesungguhnya harapan tidak pernah datang sebelum perbuatan, maka ini barulah langkah awal, pekerjaan lebih berat menunggu kita, yakni mengajak sebanyak mungkin rakyat Aceh untuk memenangkan perdamaian pada Pilkada Februari 2017 mendatang.

Kami mendaftar tentu siap untuk kalah, tapi lebih siap untuk menang. Namun, tentu bukan disana kita letakkan pertarungan Pilkada 2017 mendatang. Terlalu sering dalam perjalanan hidup saya, melihat bagaimana banyak orang gagal karena mengabaikan hal kecil. Karena tidak pernah ada satu orangpun dari kita yang jatuh terperosok karena batu besar, kita selalu jatuh dan tersungkur karena tersandung batu dan terpeleset kerikil kecil. Sehingga jangan pernah menganggap kecil orang lain, jangan pernah juga kita merasa telah menguasai tanah, tapi abai pada cacing tanah. Justru cacing tanah itulah yang akan membuat seluruh bangunan diatasnya roboh.

Sejarah dunia juga sudah mengajarkan kita bagaimana sebuah kekuasaan yang kokoh perkasa dan dijaga kekuatan militer maha dashyat, tiba-tiba saja roboh tersungkur dalam waktu singkat. Semua pelajaran itu mengingatkan saya bahwa kekuasaan benar-benar hanyalah titipan yang dalam waktu singkat bisa datang dan pergi.

Yang ingin kami nyatakan adalah, bahwa kekuasaan bukanlah tujuan, kekuasaan adalah alat untuk mengelola amanah, alat untuk mewujudkan harapan akan perdamaian dan kesejahteraan. Hari ini, tepat 63 tahun yang lalu, Teungku Daud Beureueh mendeklarasikan berdirinya DI/TII. Dia melawan kekuasaan Jakarta atas Tanah Aceh. Hal yang kemudian dilanjutkan oleh Paduka Yang Mulia Tgk. Hasan Di Tiro.

Apakah Teungku Daud Beureueh dan Paduka Yang Mulia DR. Tengku Muhammmad Hasan Di Tiro haus kekuasaan? Tidak sama sekali, perlawanannya adalah untuk menjadi peringatan, bahwa kekuasaan yang tidak dikontrol bisa mendatangkan kezaliman, kekuasaan yang tidak dikelola dengan hati damai bisa mendatangkan kehancuran, dan kekuasaan yang dijadikan sebagai tujuan akhir akan menemukan kenyataan bahwa hawa nafsu tidak akan pernah kenyang oleh jabatan dan kekayaan.

Kami tentu bukan putra Aceh terbaik, tapi inilah pengabdian kami, inilah persembahan kami pada tanah Aceh. Dengan sepenuh hati, kami berikan yang terbaik dari diri kami. Saya hanya bisa menghimbau seluruh rakyat Aceh: Pilihlah pemimpinmu dalam keadaan merdeka, tidak karena diancam, tidak karena dipaksa.

Bagi para kandidat saya himbau: Kekuasaan yang diperebutkan tanpa mengenal batas dan tanpa menaruh rasa hormat pada lawan, hanya akan menjadi kemenangan yang hina dan tidak mendatangkan kebajikan. Mari kita berlomba meyakinkan, mengkampanyekan dan merebut hati dan suara rakyat Aceh. Tapi bisakah kita menjadi pemimpin, jika dalam proses menuju kekuasaan tersebut kita justru mempertontonkan sikap dan sifat yang tidak terpuji, angkuh dan arogan? Rakyat Aceh adalah rakyat merdeka, hormatilah kemerdekaan jiwa Orang Aceh, dengan tidak menukarnya dengan uang, apalagi dengan ancaman.

InsyaAllah Pilkada 2017 akan melahirkan pemimpin Aceh terbaik, hasil pilihan Rakyat Aceh sendiri. Setelah itu kita akan kembali saling pegang tangan, bahu membahu mendukung kepemimpinan Aceh 2017-2022 bagi sepenuhnya kepentingan rakyat Aceh.

Ta meu jroh-jroh sabe keu droe-droe, Mangat got Nanggroe makmu beurata. Tadjak beu trok, ta-eu beu deuh, Bek rugoe meuh saket hate.

[ajnn]

Related posts