Jakarta (KANALACEH.COM) – Polemik revisi PP No. 52 dan 53 Tahun 2000, khususnya terkait interkoneksi dan network sharing, ternyata ikut memicu operator seluler untuk kembali menebar genderang perang tarif di luar Jawa.
Genderang perang tarif ini telah dimulai sejak pertengahan 2016 lalu ketika Indosat Ooredoo secara terang-terangan menantang Telkomsel di luar Jawa, dengan program telepon Rp1 per detik untuk panggilan suara lintas operator (off-net).
Tak lama berselang, giliran XL Axiata mengeluarkan program serupa untuk panggilan telepon ke semua operator. Sinyal ini sejatinya mulai terlihat kala mengumumkan penggunaan teknologi 3G di frekuensi 900 MHz bagi pelanggan di luar Jawa.
Dalam presentasinya saat jumpa pers awal pekan ini, GM Consumer Product XL, Roy Wisnhu Wibowo menyajikan tiga varian produk khusus untuk skema panggilan baru. Dimana salah satunya merupakan kartu perdana khusus bagi pelanggan di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi dengan penawaran tarif telepon off-net hanya Rp 59 per menit.
Kalau diperhatikan seksama, penawaran yang dilakukan oleh Indosat dan XL sekilas mirip-mirip. “Kalau dibandingkan dengan penawaran tetangga (Indosat), kita lebih murah tipis,” kilah Roy saat menjawab pertanyaan media.
Menurut Roy, penawaran ini dilepas ke pasar karena pelanggan di tiga pulau itu memang memiliki kebutuhan yang tinggi terhadap layanan suara.
“Kita menyesuaikan dengan kondisi pasar. Kita dorong pelanggan multi adoption service yakni tak hanya berlangganan satu layanan nantinya,” katanya.
Roy pun memasang target lumayan tinggi terhadap kemasan produk terbaru itu yakni dari sisi pelanggan terjadi pertumbuhan 18% hingga 20%, sedangkan dari pendapatan naik 30%.
“Saat ini kita ada enam juta pelanggan di tiga pulau itu. Jaringan baru, tentu harapan baru,” simpulnya.
Ketika disinggung, jika harapan nantinya tak sesuai dengan kenyataan mengingat dominasi dari Telkomsel yang kuat di luar Jawa, Roy memastikan XL tak akan mengeluh.
“Itu pembelajaran dari kondisi pasar. Kita tak akan salahkan pihak lain kalau target ini gagal,” tutupnya.
Jika melihat paket penawaran yang ditawarkan XL, sudah dipastikan adanya subsidi untuk produk terbaru ini mengingat biaya cost recovery XL adalah Rp 65 per menit dan Indosat Rp 86 per menit, untuk panggilan lintas operator.
Sementara cost recovery Telkom dan Telkomsel sebesar Rp 285 per menit, Smartfren Telecom Rp 100 per menit dan Hutchison 3 Indonesia Rp 120 per menit.
Sementara dari sisi penguasaan pasar seluler nasional adalah Telkomsel (45%), setelah itu disusul Indosat (21,6%), Tri Indonesia (14,4%), dan XL Axiata (14%). Sedangkan untuk pasar di luar Jawa dikuasai Telkomsel dengan lebih dari 80%, sedangkan pesaing terdekatnnya Indosat dan XL, tak lebih dari 5%.
“Izinkan kami untuk memberikan penawaran terbaik bagi pelanggan, karena market share kami di luar Jawa cuma 3%, sedangkan Telkomsel sudah menguasai 85%,” kata President Director & CEO Indosat Alexander Rusli dalam hearing di Komisi I DPR RI beberapa waktu lalu. [Detik]