Satu harga BBM di perbatasan, Pertamina gaet Petronas

isi-bbm-di-spbu-akan-dicatat-nama-nopol-mobil-dan-transaksi
Ilustrasi - Petugas mengisi bahan bakar jenis Premium di SPBU (merdeka.com)

Jakarta (KANALACEH.COM) – PT Pertamina (Persero) menyatakan bahwa anak usaha perseroan, PT Pertamina Patra Niaga telah melakukan penandatanganan kontrak dengan Petronas untuk melakukan sistem tukar menukar (swapping) Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi masyarakat yang berada di wilayah perbatasan kedua negara, khususnya di pulau Kalimantan.

Wakil Direktur Pertamina, Ahmad Bambang beralasan, sistem swapping antar negara bisa membuat ongkos logistik BBM menjadi lebih efisien.

Pasalnya, perusahaan tak usah menggelontorkan banyak uang untuk mengangkut BBM dari terminal BBM terdekat menggunakan pesawat. Sehingga, BBM di wilayah perbatasan bisa disediakan langsung dari Malaysia yang ongkos logistiknya jauh lebih efisien dibanding Pertamina.

Dengan sistem seperti ini, Ahmad yakin BBM satu harga di wilayah perbatasan bisa tercapai.

“Nanti, wilayah Krayan di Kalimantan Utara bisa dapat BBM dari negara bagian Serawak, Malaysia. Sebaliknya, kami juga bisa salurkan BBM ke beberapa titik di Malaysia. Kalau ini dilakukan, cost bisa lebih murah, dan pengangkutan menggunakan pesawat bisa difokuskan di Indonesia Timur saja,” ujar Ahmad, Rabu (8/11).

Lebih lanjut ia menuturkan, pengangkutan menggunakan pesawat sebetulnya merupakan opsi terakhir bagi pengangkutan BBM karena biayanya yang besar.

Selain itu, jika sistem swapping ini diterapkan, ia yakin ongkos logistik bisa ditekan dari Rp30 ribu hingga Rp35 ribu per liter menjadi Rp10 ribu per liter saja.

“Kami akan menempuh jarak dan mencari cara yaang paling efisien terlebih dahulu dalam menyalurkan BBM. Lewat laut pasti akan dilakukan, kemudian darat, dan pilihan terakhir tentu menggunakan pesawat,” lanjutnya.

Kendati BBM akan diimpor dari Malaysia, BBM yang dijual di wilayah perbatasan nanti tetap akan menggunakan merek Pertamina. Ahmad menuturkan, sistem pemasaran ini bukanlah barang baru. Sebab, perseroan telah melakukan mekanisme serupa ketika berjualan avtur di Kuala Lumpur.

“Seperti kami melayani penerbangan Garuda Indonesia di Kuala Lumpur, itu sebetulnya minyaknya Petronas tapi atas nama Pertamina. Tetap, harga yang dijual sesuai dengan aturan pemerintah tapi jauh lebih murah dibandingkan mengantar pakai pesawat. Izin ekspor atau impornya juga jelas akan melalui pemerintah kedua negara,” kata Ahmad.

Sampai sejauh ini, Pertamina berencana untuk menerapkan kebijakan ini di Krayan, Sambas, Entikong, dan Nunukan. Namun, perusahaan juga akan menambah wilayah dengan mengkaji beberapa wilayah lainnya di Kalimantan.

“Besaran pengeluaran logistiknya sedang dihitung dan wilayahnya sedang kami kaji,” ujarnya.

Sebagai informasi, kebutuhan BBM Pertamina di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 61,69 juta kl. Angka ini menurun 5,52 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar 65,30 juta kl. [CNN Indonesia]

Related posts