Pangdam IM sebut 6 perspektif yang dapat mengancam bangsa

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Panglima Kodam Iskandar Muda (Pangdam IM), Mayjen TNI Tatang Sulaiman menyebutkan ada 6 perspektif yang dapat mengancam bangsa di masa akan datang.

Penyebutan itu disampaikannya saat melakukan silaturahmi dengan para tokoh agama, tokoh masyarakat dan pimpinan daerah se-Aceh Besar di BTU Kodam Iskandar Muda, Banda Aceh. Jum’at (11/11).

“Hal pertama adalah, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 sekitar 5 persen, dibandingkan pertumbuhan ekonomi dunia, kita termasuk urutan ke delapan diatasnya Inggris dan Prancis,” sebutnya.

Akibatnya, sambung Tatang, harga minyak dunia turun dan menyebabkan krisis ekonomi yang dapat memicu depresi ekonomi, meningkatkan kejahatan (konflik), hancurnya tatanan masyarakat. “Hal ini dinamakan kompetisi global dan harus diwaspadai,” kata Tatang.

“Yang kedua, permasalahan laut Tingkok Selatan. Hampir semua kapal yang ditangkap Angkatan Laut dikawal oleh penjaga pantai Tiongkok. Mereka mengklaim itu pantainya, padahal berada di wilayah Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia,” jelas Tatang.

Untuk yang ketiga, yaitu manuver Five Power Defence Arrangements (FPDA). Pada 14-21 Oktober 2016, FPDA menggelar latihan besar-besaran dengan melibat 3000 personil, 71 pesawat tempur, 11 kapal tempur dan kapal selam.

Lanjutnya, FPDA adalah hubungan pertahanan negara-negara persemakmuran Inggris, yang meliputi Inggris, Australia, Selandia Baru, Malaysia dan Singapura. Kesepakatan itu dibuat tahun 1971.

“Kelima negara itu akan saling bantu jika ada serangan dari luar terhadap Inggris, Australia, Selandia Baru, Malaysia, dan Singapura,” sebut Tatang.

Keempat, sambungnya, adalah ancaman narkoba. Menurutnya, dari laporan Kepolisian dan BNN di tahun 2016, sekitar 5,1 jt penduduk (2% dari jumlah penduduk indonesia) menyalahgunakan narkoba.

“15.000 jiwa meninggal setiap tahun. Ini sangat berbahaya, sebab mematikan generasi bangsa,” tegasnya.

Sedangkan yang kelima, yakni ancaman terorisme dengan terbentuknya ISIS. Kemungkinan banyak warga Indonesia yang mengikuti ISIS. “Bahkan mereka rela membakar paspor kewarganegaraanya demi mengikuti ISIS. Mayoritas mereka bekas narapidana,” katanya.

Menurut Tatang, UU terorisme di Indonesia lemah dalam menangkap terorisme. Karena di dalam UU itu tertuang bahwa berbuat dulu baru ditangkap. “Indonesia tempat paling enjoy bagi terorisme,” pungkasnya.

Dan keenam, adalah adanya persaingan ekonomi. Dari program pengampunan pajak (amnesty tax), Indonesia menjadi kekuatan ekonomi besar. “Negara kita berpotensi untuk digoyang,” sebutnya.

“Negara luar tidak ingin kita besar dan maju. Mereka ingin kita hancur tapi tidak bisa menghancurinya. Maka saya meminta untuk memahami kondisi di sekeliling kita,” tegas Tatang. [Aidil/rel]

Related posts