Belajar hidup liar, 4 orangutan dilepas ke hutan Jantho

internationalanimalrescue.or.id

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Empat orangutan muda dikirim dari pusat karantina orangutan di Sibolangit Deli Serdang, Sumatera Utara, ke hutan Jantho, Aceh Besar, Aceh. Mereka memulai proses belajar untuk kembali ke alam liar.

Orangutan Sumatera (Pongo abelii) dikirim ke Jhanto terdiri dari tiga jantan berusia antara 5 tahun hingga 7 tahun. Ketiganya, yakni Upin, Adel dan Jagai. Satu lagi orangutan betina berusia sekitar 8 tahun bernama Agustina.

Berdasarkan siaran pers diterima, Kamis (17/11), keempat orangutan tiba dengan selamat di Pusat Reintroduksi Orangutan Jantho, Selasa (15/11). Fasilitas itu dikelola BKSDA Aceh dan Yayasan Ekosistem Lestari, di bawah payung Program Konservasi Orangutan Sumatera.

Sebelum dipindah ke Jantho, keempat orangutan muda itu dirawat di pusat karantina orangutan dikelola SOCP di Sibolangit, Deli Serdang, Sumut.

Semoga keempatnya cepat belajar dan tambah keahlian yang diperlukan untuk bertahan hidup jangka panjang di habitat barunya, kata Hotmauli Sianturi, Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara.

Semoga mereka juga akan berkembang biak jika sudah dewasa dan membantu membangun populasi liar jenis yang sangat terancam punah ini yang sedang dibangun di hutan Jantho, imbuhnya.

Manajer Stasiun Reintroduksi Orangutan Jantho, Mukhlkisin, menjelaskan, keempat orangutan muda itu harus menunggu beberapa minggu di kandang khusus di pinggir hutan di seberang Krueng Aceh. Kesehatan dan energi mereka harus dikembalikan sebelum dilepasliarkan.

Staf pemantauan di stasiun akan mengikuti dan memantau keempat orangutan itu di hutan selama beberapa bulan. Di masa itu, tim akan memantau kesehatan, diet dan perilakunya, dengan teliti. Dengan begitu, tim dapat mengkaji kondisi dan progres keempat orangutan itu terus-menerus.

“Jika mereka perlu bantuan dari tim, seperti penambahan makanan atau ingin kembali ke kandang sebentar, staf tim akan membantu. Tapi mayoritas orangutan yang telah kami lepaskan nampaknya cukup baik di hutan, dan tidak perlu banyak bantuan dari manusia lagi,” sebut Mukhlisin.

Yang paling penting, keempat orangutan ini dapat cukup makanan di hutan. Mereka juga diharapkan tidur di sarang di atas pohon untuk mencegah kemungkinan diganggu pemangsa dan tidak terlalu basah jika turun hujan.

Direktur Konservasi di SOCP, Ian Singleton, memaparkan keempat orangutan itu dulunya merupakan orangutan peliharaan masyarakat secara illegal. Mereka disita BKSDA Aceh kemudian dirawat dan direhabilitasi di pusat karantina SOCP di Sibolangit. “Sekarang, akhirnya, mereka siap untuk kembali ke habitat alaminya, dan punya peluang untuk kehidupan kedua sebagai satwa liar di habitat alam,” jelasnya.

Orangutan Sumatera merupakan jenis berbeda dengan orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus). World Conservation Union (IUCN) menempatkannya sebagai jenis yang Sangat Terancam Punah.

Berdasarkan survei-survei yang dilakukan SOCP, saat ini hanya tersisa sekitar 14,600 orangutan di alam. Sejak 2001, SOCP telah lepasliarkan lebih dari 180 orangutan Sumatera di batasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh di Jambi dan lebih dari 80 di Hutan Konservasi Jantho, Aceh Besar. [Merdeka]

Related posts