Pengusaha ikan asin Aceh Barat butuh akses pasar

Produksi ikan asin. (tandapagar.com)

Meulaboh (KANALACEH.COM) – Sejumlah pengusaha pengolahan ikan asin di Kampung Nelayan Padang Seurahet, Kabupaten Aceh Barat, membutuhkan akses pasar untuk mengembangkan usaha tersebut.

Zainal Abidin (49) pemilik usaha pengolahan ikan asin di Meulaboh, Jumat (18/11) mengatakan selama ini produksi pengolahan ikan asin mereka hanya beredar di pasar lokal, padahal usaha mereka sudah mampu beproduksi hingga dua ton per minggu.

“Bila saja ada yang menampun dari luar, mungkin olahan bisa lebih dari itu. Kita terkendala akses pasar pertama karena modal terbatas, apalagi untuk kami sekalipun belum tersentuh bantuan modal usaha dari pemerintah daerah,”katanya.

Zainal menyampaikan, meskipun usaha pengolahan ikan asin tersebut baru berjalan sekitar 1,5 tahun, namun dirinya sudah mempekerjakan lebih 10 orang warga sekitar yang selama ini pegangguran, bahkan sebagian mereka adalah kaum perempuan.

Untuk biaya pengolahan ikan asin tersebut dirinya masih bermodal terbatas, sebab belum ada patner kerja ataupun pengusaha penampung untuk pemasaran produksi mereka untuk pasar wilayah Aceh Barat maupun untuk ke luar daerah.

Zainal Abidin menyampaikan, untuk pengajuan proposal telah diajukan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) yang selanjutnya diharapkan bisa berkembang melalui dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah (UKM) Kabupaten Aceh Barat.

“Sudah saya usulkan lewat proposal, tapi belum ada respon dari pemerintah. Kami berharap aspirasi ini bisa diketahui oleh dinas terkait, sehingga bila ada cara mendapat modal usaha, kami bisa mengembangkan usaha lebih lebar,” ucapnya.

Adapun jenis ikan asin diproduksi mereka seperti ikan belah seharga Rp25.000/kg, ikan kayu Rp28.000/kg, Dencis Rp28.000/kg, ikan pari Rp32.000/kg, ikan tongkol Rp25.000/kg, serta ikan teri dan udang sabu apabila memasuki musim tertentu.

Bahan baku mereka dibeli dari nelayan kawasan pesisir setempat, kemudian diolah dengan pembersihan yang selanjutnya dijemur hingga kering. Kemudian ikan asin itu diisi dalam karung maupun dus kemudian baru dipasarkan.

Kata Zainal, apabila ada pengusaha luar atau penampung lokal yang siap menampung produksi mereka, maka pengolahan ikan asin bisa dilakukan lebih besar seiring dengan tingginya pasokan hasil tangkapan nelayan yang terkadang melimpah jatuh harga.

“Kalau kondisi cuaca ekstrim, ya terkandang terganggu bahan baku, kemudian kalau hujan tidak bisa menjemur ikan. Kalau memang ada penampung mungkin kami siap berproduksi lebih besar, kendala itu masalah kecil,”katanya menambahkan. [Antara]

Related posts