Kebakaran batu bara di Lamteuba lebih bahaya daripada kebakaran hutan

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Aceh, Ir Faizal Adriansyah. (Ist)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Aceh, Ir Faizal Adriansyah mengatakan, tidak boleh ada pihak yang anggap enteng dengan terbakarnya batu baru di kawasan Lamteuba, Kecamatan Seulimeum, Aceh Besar meskipun terbakarnya di dalam tanah kebun seorang warga.

Soalnya, secara teknis geologis, kebakaran deposit baru bara jauh lebih besar bahayanya dibandingkan terbakarnya hutan yang terlihat secara kasat mata.

“Batu bara itu adanya di bawah permukaan tanah, sehingga tidak bisa terkontrol jika terbakar. Kadang-kadang kelihatan di permukaan sudah tidak ada api, tapi di dalam tanah api masih merayap seperti ‘api dalam sekam’ yang bisa tiba-tiba muncul ke permukaan dan menjadi sumber kebakaran hutan atau apa saja yang ada di atasnya,” kata Faizal di Banda Aceh, Sabtu (27/11).

Ahli geologi itu ditanyai sehubungan dengan terbakarnya deposit batu bara serta munculnya dua gas beracun, karbon monoksida (CO) dan hidrogen sulfida (H2S) di Gampong Lam Apeng, Kemukiman Lamteuba, Aceh Besar, Rabu (23/11).

Faizal yang kelahiran Kalimantan mengingatkan, kasus di Kalimantan hendaknya perlu menjadi pembelajaran bagi masyarakat Aceh yang belum merasakan dampak ekologis separah di sana.

“Di Kalimantan, bisa saja tiba-tiba pohon terbakar. Sumber apinya ternyata muncul dari dalam tanah yang berasal dari batu bara yang terbakar berbulan bahkan berbilang tahun,” ungkap Faizal.

Menururnya, sangat perlu diperhatikan bahwa terbakarnya batu bara tidak sama dengan terbakarnya kayu atau pepohonan biasa.

Karena, batu bara adalah bahan bakar fosil yg memiliki nilai kalori, sehingga proses pembakarannya jauh lebih dahsyat dan dapat bertahan lama di dalam tanah. Apalagi struktur batuannya sudah menjadi sumber energi yang mudah terbakar.

“Nah, untuk mengatasi masalah ini, maka perlu kerja sama lintas sektor untuk memutus mata rantai api. Dengan melakukan lokalisir terhadap daerah yang terbakar, maka diharapkan sebaran api tidak akan meluas dan penanganan dapat lebih cepat,” ujarnya.

Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Perwakilan Aceh ini juga mengingatkan agar masyarakat harus dilibatkan dan diberikan pengertian tentang bahaya hal tersebut.

Menurutnya, apa yang telah dilakukan Tim Geologi Distamben Aceh dengan memastikan sumber asap dan bau di Gampong Lam Apeng, Kemukiman Lamteuba itu sungguh sangat tepat. Terlebih karena, bahaya gas beracun hasil pembakaran batu bara sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Bahkan dalam jangka panjang unsur seperti tembaga, kadmium, dan arsenik adalah sebagian dari zat toksik yang dihasilkan dari limbah pembakaran batu bara yang masing-masing bisa memicu keracunan, gagal ginjal, dan kanker.

Selain itu, gas CO dan H2S yang muncul di lokasi terbakarnya batu bara itu tidak boleh dianggap remeh. Apabila terhirup oleh manusia pada kadar tertentu, bisa membuat jantung dan sistem saraf pusat keracunan, sehingga menyebabkan korbannya mual, muntah, kejang-kejang, bahkan meninggal. [Serambi]

Related posts