Kepsek ini panjat pohon 10 Meter untuk mendapatkan sinyal

Ilustrasi.

Kapuas Hulu (KANALACEH.COM) – Suka duka berada di kawasan pedalaman, khususnya di daerah terpencil dan terisolir dari pembangunan sudah cukup dirasakan oleh Nuriana.

Nurina dirugaskan menjadi Kepala Sekolah SMP 04 Satap Silat Hulu, Kecamatan Silat Hulu Kabupaten Kapuas Hulu. Ia merupakan warga Kubu Raya yang mendatangi Riam Tapang sejak diterima sebagai pegawai negeri sipil (PNS) pada 2011 lalu.

Wanita yang memiliki satu putra itu mengaku menerima karena konsekuensi harus berjauhan dengan suami, anak serta sanak saudara karena profesinya ini. “Terpaksa meninggalkan anak dan suami di Pontianak karena tugas negara, di pedalaman sini suka duka telah dilewati,” jelasnya.

Wanita yang disapa Bu Nur oleh murid-muridnya itu bercerita mengenai suka duka bertugas di pedalaman, seperti kondisi jalan yang rusak yang sulit dilewati, sekolah minim fasilitas ditambah komunikasi yang sangat sulit untuk menghubungi sanak saudara serta mitra kerja yang berada di kabupaten lain.

Wanita berkerudung itu lantas menceritakan bagaimana ia dan warga lainnya berjuang mendapatkan sinyal hanya untuk menghubungi anak dan suami serta rekan-rekan kerjanya agar tidak terlambat mendapatkan informasi terbaru.

“Semenjak 2014, sinyal bisa ditemui di salah satu pohon rambutan di salah satu rumah warga. Karena cuma satu di desa kami, terpaksa kami mengantri untuk menelpon atau mengirim dan menerima sms,” katanya.

Pohon rambutan milik warga ini, dikatakan Nuriana, adalah salah satu pohon yang bisa menemukan sinyal dengan cara menaiki pohon dengan ketinggian kurang lebih 10 meter.

“Kita harus manjat dan harus antri karena banyak warga yang ingin menelefon. Kalau saya karena harus antri saya memilih hari Sabtu disore hari karena jam segitu biasa agak sepi dan jarang yang antri jadi bisa agak lama menelpon keluarga dan teman-teman,” jelasnya.

Ia juga menjelaskan jika sebenarnya sinyal bisa didapat namun jauh dari Desa Riam Tapang dan memerlukan waktu sekira dua jam untuk sampai di desa tersebut.

“Ada memang sinyal ditempat lain tapi jauh dari desa kami, makanya kami lebih memilih antri,” tuturnya lagi.

Saat pertama kali menjejakkan kakinya di bumi uncak kapuas ini, Nuriana mengaku lebih jauh mensyukuri.

“Kalau orang pertama kali datang mungkin kaget melihat jalan jauh, sulit, memerlukan waktu berhari-hari untuk sampai, dan keadaan prihatin lainnya. Tapi dibanding sekarang sudah jauh lebih baik,” katanya.

Nuriana menceritakan, saat melihat-lihat keadaan sekolah yang berada di Jalan Trapas Desa Riam Tapang sembari menunjukkan beberapa ruang sederhana untuk anak-anak mengenyam pendidikan.

“Kalau bicara ruang, kami di sini satu atap dengan gedung SDN 04 Riam Tapang dan berbagi ruangan karena gedung kami hanya punya satu ruang kerja dan dua ruang kelas, itupun yang satu berjauhan di belakang gedung SD. Sementara untuk memenuhi kelas satunya lagi kami terpaksa menumpang di SD dan masuk siang agar tak mengganggu jadwal belajar,” paparnya.

Ia pun berharap pemerintah lebih memperhatikan mereka yang ada di pedalaman, khususnya untuk fasilitas kelas agar memudahkan ia bersama guru lainnya memberikan pelajaran bagi warga Riam Tapang. [Okezone]

Related posts