Bantuan dihentikan, Duterte ancam pisah dengan AS

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. (dok)

Davao (KANALACEH.COM) – Presiden Filipina, Rodrigo Roa Duterte kembali mengancam akan melarang pasukan Amerika Serikat (AS) mengunjungi negaranya.

Pria berusia 71 tahun itu kali ini kesal karena paket bantuan dihentikan sementara waktu. Ia menduga pemerintah AS berada di balik keputusan tersebut.

Para pimpinan Badan Bantuan Kemanusiaan AS, Millenium Challenge Corporation, menunda pengambilan suara untuk perpanjangan paket bantuan pembangunan ke Filipina.

Penundaan dilakukan hingga adanya peninjauan terhadap kebebasan sipil dan supremasi hukum di Negeri Lumbung Padi. Belum jelas apakah bantuan dihentikan atau tidak, tetapi Duterte kadung kesal.

“Saya paham kita sudah dikeluarkan dari Millenium Challenge. Baiklah, saya senang. Kita bisa bertahan tanpa uang dari AS. Asal Anda tahu, bersiaplah untuk meninggalkan Filipina, bersiaplah akan pencabutan Perjanjian Kunjungan Tentara,” ancam Duterte, disitat Telegraph, Minggu (18/12).

Filipina dan AS terikat perjanjian yang diteken pada 1998. Dalam perjanjian tersebut pasukan AS dapat dengan bebas mengunjungi Filipina untuk latihan perang bersama.

Sebagaimana diketahui, Manila adalah sekutu sekaligus salah satu mitra utama Washington di Asia serta Asia Tenggara.

“Anda tahu, mata ganti mata. Jika Anda bisa melakukannya, kita juga bisa. Ini bukanlah lalu lintas satu arah. Selamat tinggal Amerika,” sambung pria yang akrab disapa Digong itu di kampung halamannya Davao.

Duterte sebelumnya juga pernah mengeluarkan ancaman serupa terhadap AS.

Mantan pengacara itu kesal karena AS berulang kali menyinggung masalah perang narkoba yang dikobarkan di Filipina.

Sedikitnya 3.000 orang tewas terbunuh dalam perang tersebut. AS, Uni Eropa, dan PBB menduga ada pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Sebab, para korban dihukum begitu saja tanpa menjalani persidangan yang sah.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri AS juga menangguhkan penjualan 26 ribu pucuk senjata ke Filipina. Akibatnya, Duterte menyebut AS sebagai monyet.

Ia tidak keberatan jika AS menangguhkan penjualan dan tidak mau membantu. Sebab, China dan Rusia sudah siap untuk memberikan bantuan kepada Filipina. [Okezone]

Related posts