MRT Jakarta ditargetkan beroperasi Februari 2019

Ilustrasi - Proyek MRT Jakarta Pekerja melintasi terowongan proyek Mass Rapid Transit (MRT) di Senayan, Jakarta, Kamis (10/12/2015). (Antara Foto)

Jakarta (KANALACEH.COM) – PT MRT Jakarta terus mengebut pengerjaan proyek mass rapid transportation (MRT). Saat ini, progress MRT diklaim telah mencapai 62 persen dan ditargetkan beroperasi penuh pada Februari 2019 mendatang.

Pekerjaan konstruksi yang tengah berlangsung mencakup area depo MRT, pembuatan fondasi kolom jalur dan kolom stasiun layang, pembangunan struktur boks stasiun tanah, pembuatan terowongan jalur bawah tanah, pembangunan cooling tower ventilation tower (CTVT) dan pembangunan pintu masuk stasiun bawah tanah.

Direktur Operasional dan Pemeliharaan MRT Jakarta Agung Wicaksono mengungkapkan, tahap pembangunan konstruksi ditargetkan tuntas pada pertengahan 2018 mendatang.

“Dari aspek konstruksi, rata-rata sudah 62 persen. Sedangkan, untuk pengoperasionalan yang kita lakukan sekarang adalah pembuatan manual-manual dan SOP (Standard Operational Procedure),” ujarnya, Rabu (21/12).

Upaya optimalisasi pembangunan MRT Jakarta yang juga dilakukan, antara lain yaitu pembangunan stasiun layang Lebak Bulus – Sisimangaraja, akselerasi konstruksi sipil, persiapan operasi, termasuk pemeliharaan menuju operator berstandar internasional didampingi oleh konsultan Jepang dan Indonesia.

Usai masa konstruksi selesai, MRT Jakarta akan melakukan uji coba operasional (trial run) sebelum dioperasikan penuh secara komersial pada 2019 mendatang. Untuk fase pertama (Lebak Bulus-Bundaran HI), perseroan akan menyiapkan 16 rangkaian kereta yang masing-masing rangkaiannya terdiri dari 6 kereta.

Setiap kereta akan dioptimalkan sampai 200 persen, sehingga mampu mengangkut 330 orang sekali jalan. Ini berarti, untuk setiap satu rangkaian kereta diprediksi mampu menampung penumpang hingga 2.000 orang.

Agung menjelaskan, jumlah tersebut masih tergolong wajar jika dibandingkan dengan kapasitas angkutan kereta lainnya, yaitu Commuterline Jabodetabek yang dinilai sudah kelebihan penumpang.

“Estimasi kami, tingkat keterisian bisa mencapai 200 persen. Artinya, kalau 100 persen semua tempat duduk terisi, kemudian ada pegangan berdiri itu 100 persen. Kami hitung sampai 200 persen itu 330 per kereta. Itu masih bisa gerak, KRL Commuterline mungkin 250 persen,” imbuhnya.

Di samping persiapan teknis, MRT Jakarta juga menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan menjadi tenaga operasional, seperti masinis hingga mekanik. MRT Jakarta juga akan mendesak perubahan sejumlah Peraturan Menteriterkait tenaga operasional angkutan kereta.

“Selama ini, peraturan menteri yang ada hanya mengatur untuk kereta yang sudah ada saat ini, jadi misalnya harus ada syarat jam mengemudi berapa lama. Sedangkan MRT ini sama sekali baru. Itu perlu disesuaikan. Kami akan bertemu dengan Kementerian Perhubungan untuk siapkan ini,” kata Agung.

MRT Jakarta juga telah merekrut dan mengirim sebanyak 130 orang untuk menjalani pelatihan di Akademi Perkeretaapian Indonesia (API) di Madiun, Jawa Timur, dan ke Jepang untuk mempelajari teknologi MRT.

Rencananya, dua tahun mendatang, MRT Jakarta akan merekrut sekitar 500 orang karyawan baru, dimana sebanyak 400 orang akan ditugaskan di bidang operasional. [CNN]

Related posts