Selama 2017, 654 bencana hidrometeorologi melanda Indonesia

Selama 2017, 654 bencana hidrometeorologi melanda Indonesia
Ilustrasi - Kondisi banjir melanda jalan provinsi di Gampong Blang Bungong, Kecamatan Tangse, Pidie, Minggu (29/11). (Serambi/Ist)

Jakarta (KANALACEH.COM) – Bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, dan puting beliung masih terus mengancam hingga musim penghujan berakhir.

Berdasarkan data sementara yang dihimpun Pusdalops BNPB selama 2017, tercatat kejadian bencana sebanyak 654 bencana. Dampak yang ditimbulkan 61 jiwa meninggal dan hilang, 174 orang luka dan 584.173 jiwa menderita dan mengungsi.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, bencana juga telah menyebabkan 5.534 rumah rusak, di mana 1.192 rumah rusak berat, 990 rumah rusak sedang, 3.352 rumah rusak ringan, dan 87.234 rumah terendam banjir.

Selain itu, bencana juga merusak fasilitas publik seperti, 108 unit sekolah, 85 unit fasilitas peribadatan dan 12 unit fasilitas kesehatan rusak.

“Selama 2017, banjir terjadi di 25 provinsi dan 121 kabupaten/kota, sedangkan longsor terjadi di 13 provinsi dan 69 kabupaten/kota. Diperkirakan kejadian bencana ini masih akan terus bertambah mengingat musim hujan masih akan berlangsung hingga April 2017 mendatang,” ujar Sutopo dalam keterangan persnya, Senin (27/2).

BMKG, sambungnya, telah menyampaikan peringatan dini potensi hujan lebat disertai petir diperkirakan terjadi di Bengkulu, Jambi, Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, NTB, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Papua Barat pada 28 Februari hingga 1 Maret 2017.

“Seminggu ke depan hujan lebat akan berpotensi di sebagian besar wilayah Indonesia. Ancaman banjir, longsor, banjir bandang, dan puting beliung akan meningkat,” ujarnya.

Peningkatan potensi curah hujan ini disebabkan terdeteksinya Madden Julian Oscillation (MJO), yakni fenomena atmosfer yang dapat mengakibatkan bertambahnya hujan di daerah yang dilaluinya.

“Saat ini MJO telah memasuki wilayah Samudra Hindia bagian Barat dengan intensitas sedang dan menjalar ke arah timur mendekati wilayah Indonesia,” terangnya.

Diperkirakan dalam 4 hingga 5 hari ke depan MJO akan memasuki wilayah Indonesia melalui Sumatera dan menjalar ke arah timur dengan intensitas lemah.

Adanya dorongan udara kering di atmosfer lapisan menengah yang terdapat di perairan sebelah selatan Jawa hingga Nusa Tenggara Timur menimbulkan daerah batas yang cenderung mengakibatkan pertumbuhan awan konvektif yang cukup aktif. Sehingga wilayah Jawa masih dominan berpotensi terjadi awan hujan yang disertai petir.

Masyarakat dihimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Kenali kondisi lingkungan sekitar. Jika kondisi cuaca berpotensi hujan lebat hendaknya mengurangi aktivitas di luar. Awasi anak-anak jangan bermain di sekitar sungai. Banyak kejadian anak-anak hanyut karena kurangnya pengawasan dan teledor. Cek lereng-lereng atau tebing yang berpotensi longsor. Jika membahayakan sebaiknya mengungsi sementara saat hujan deras. [Okezone]

Related posts