Ada 3 cara hadapi Amerika dan China

MUI: Kapolri Tito harus minta maaf ke umat Islam
Dokumentasi - Kapolri Jendral Tito Karnavian mengisi kuliah umum di Unsyiah, Banda Aceh, Jumat (17/2). (Kanal Aceh/Randi)

Pekanbaru (KANALACEH.COM) -Kapolri Jenderal Tito Karnavian memberi kuliah umum tentang ‎bhineka tunggal ika di hadapan ratusan perwakilan BEM se-Indonesia di kampus Universitas Islam Riau, Pekanbaru.

Menurut mantan Kapolda Metrojaya ini, ada banyak pemahaman yang bisa merongrong Pancasila sebagai ideologi Indonesia. Salah satunya paham khilafah yang ingin mengubah demokrasi di republik ini.

“Demokrasi itu harus dipertahankan, tapi ada aturan mainnya,” kata Tito, Jumat (3/3).

Tito menerangkan, Indonesia bisa saja menjadi negeri adidaya melihat potensi sumber daya alam yang luar biasa. Hanya saja, hal itu belum terkelola dengan maksimal sehingga diperlukan generasi-genarasi penerus untuk mewujudkan itu.

“Makanya adik-adik mahasiswa ini sebagai penerus bangsa harus dijaga dengan baik,” kata dia.

Saat ini, kata Kapolri Tito, ada dua negara adidaya yang berusaha menancapkan pengaruhnya di Indonesia, yaitu Amerika dan China. Dengan begitu, ada sejumlah jalan yang bisa diambil pemerintah Indonesia.

“Ada pula tiga pilihan bagi Indonesia menyikapi hal tersebut. Pertama, memilih salah satu ke Amerika atau China, risikonya kalau memilih salah satu akan ditekan yang lainnya. Paling tidak dari segi ekonominya akan mendapat tekanan,” ucap Tito.

Sedangkan pilihan kedua dengan memusuhi keduanya, misalnya menentang Freeport di Indonesia, sikap ini tentu juga memiliki risiko yang lebih besar dari pada pilihan pertama.

“Kita tentu berhadapan dengan gajah semua. Bukannya tidak bangga dengan Indonesia, tapi itu kenyataan yang dihadapi,” jelas Tito.

Adapun pilihan ketiga‎ dengan berteman keduanya. Pilihan ini punya syarat, salah satunya Indonesia jangan mau didikte, baik China maupun Amerika.

“Ambil duitnya, jangan mau didikte. Nah itu bagaimana caranya, ini yang perlu dipikirkan bersama,” sebut dia.

Tito menjelaskan, Indonesia menilai China memiliki kemajuan pesat dalam bidang ekonomi. Selain itu, China disebutnya lebih mudah masuk Indonesia karena banyak penduduk warga keturunan Tionghoa di negeri pertiwi ini.

Dalam kuliah umum itu, Tito juga membicarakan nasionalisasi aset asing di Indonesia, termasuk Freeport. Langkah itu dinilai penting namun harus paham sejarahnya agar tidak salah langkah.

“Bukannya enggak bisa dinasionalisasi, nanti hilang pulaunya,” kata Tito.

Pulau tempat Freeport beroperasi, terang Tito, dianggap Amerika sebagai peninggalan Belanda. Di mana dalam merebut atau memerdekakan Pulau Irian‎ ada perjanjian.

“Ambil pulaunya, cukup tinggalkan satu gunung saja, yaitu tempat Freeport beroperasi sekarang. Dan sampai sekarang, gunung itu dianggap Amerika sebagai peninggalan Belanda,” jelas Kapolri Tito. [Liputan6]

Related posts