2 siswa SMA Paya Bakong kurang dana untuk ikut Olimpiade Sains Internasional

2 siswa SMA Paya Bakong kurang dana untuk ikut Olimpiade Sains Internasional
Ilustrasi. (antara)

Aceh Utara (KANALACEH.COM) – Dua siswa SMA Negeri 1 Paya Bakong, Aceh Utara, akan mengikuti Lomba Matrix International di Kazakhstan, sayangnya keberangkatan mereka masih terkendala biaya keberangkatan.

Maulidi Rahmi dan Fadlon berhasil menang atas karyanya merakit sebuah aplikasi pendidikan untuk kaum difabel, tuna runggu dan tuna wicara. Mereka berhasil meraih medali perak pada ajang Indonesia Science Project Olympiade (ISPO) 2017 pada 23-26 Februari lalu di Tangerang.

Menurut Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Paya Bakong, Sayuti, pihaknya tengah sibuk menggalang dana untuk keberangkatan dua siswa berprestasi.

“Saat ini kita masih di tahap minta bantuan dana dari pemerintah daerah (pemda) tingkat I dan II,” ungkapnya.

Menurut Sayuti, keberangkatan siswanya ke Kazakhstan nanti sepenuhnya dikenai tanggungan biaya sendiri, sebab ISPO selaku pelaksana hanya bisa memfasilitasi pendaftaran.

Sayuti memprediksi dana yang dibutuhkan untuk keberangkatan ini sebesar Rp 40 juta per orang. Sementara dari sekolah, ia akan mengirimkan dua siswa tersebut dan seorang pembimbing.

Ia sendiri menegaskan kalau pihak sekolah dan Pemda sangat bangga dengan prestasi dua siswanya, dan berharap sekali untuk bisa mengikuti ajang internasional itu.

Namun, menurutnya, pihak Pemda tidak bisa langsung memberikan bantuan karena tidak dianggarkan. Untuk itu, pihaknya membuka kemungkinan sebesar-besarnya menerima sumbangan dari siapa pun yang ingin membantu mewujudkan mimpi mereka.

Fadlon dan Maulidi sendiri tetap dipersiapkan untuk kemungkinan terbaik. Keduanya dalam masa latihan intensif untuk menghadapi Lomba Matrix International tersebut. Selain merapikan aplikasi mereka agar lebih sempurna, Fadlon dan Maulidi mengaku juga intensif belajar bahasa Inggris dan cara presentasi yang baik.

“Kalau ditanya persiapan sudah berapa persen, kira-kira sudah 60 persen,” kata Maulidi. Sejauh ini masalah utama yang paling berat menurutnya adalah dana.

Ditambahkan Sayuti, pihaknya masih optimis untuk mengirimkan dua siswa berprestasi. “Tapi kalau pun sampai tidak terkumpul, ya mungkin uang yang ada akan kita pakai untuk pelatihan mereka berikutnya. Dan diberikan sedikit untuk mereka sebagai penyemangat untuk terus belajar,” ungkap Sayuti. [Tirto]

Related posts