DMI-Kemenpar kembangkan Wisata Masjid

Munawar A Jalil jadi khatib Idul Fitri di Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman setelah direnovasi. (Kanal Aceh/Randi)

Jakarta (KANALACEH.COM) – Kementerian Pariwisata dan Dewan Masjid Indonesia (DMI) menandatangani nota kesepahaman untuk pengembangan wisata religi berbasis masjid. Penandatanganan kerja sama ini merupakan upaya untuk memakmurkan masjid dengan menjadi bagian dari pariwisata Indonesia, agar wisatawan memiliki keberagaman destinasi wisata.

Wapres Jusuf Kalla mengatakan, ada tiga alasan wisatawan datang mengunjungi suatu daerah atau negara yakni karena faktor sejarah, keindahan, dan nilai spiritual. Menjadikan masjid sebagai bagian dari pariwisata, bukan berarti menjadikan masjid sebagai bentuk komersial namun memperkenalkannya kepada wisatawan.

“Tentu kita tidak ingin mengatakan mau ke masjid bayar dulu baru masuk, ndak ada itu, haram itu. Tetapi orang masuk ke negeri itu salah satunya mau melihat itu (masjid), jadi secara rasional,” ujar Jusuf Kalla dalam sambutannya di Kementerian Pariwisata, Kamis (15/6).

Jusuf Kalla mencontohkan, masjid yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara adalah Masjid Biru di Turki karena memiliki nilai sejarah. Ada pula masjid lain yang menjadi daya tarik wisatawan yakni Masjid Hassan di Casablanca, Maroko. Masjid ini memiliki keunikan karena dibangun di pinggir laut.

“Masjid Istiqlal luar biasa, ini masjid besar tapi arsiteknya kristen, bisa juga menjadi jualan untuk turis,” kata Jusuf Kalla.

Pengembangan wisata religi berbasis masjid tersebut dapat memberikan kemakmuran bagi masjid, dan juga daerah di sekitarnya. Menurut Jusuf Kalla, wisata halal dengan masjid bertujuan agar umat islam lebih mencintai masjid dan mengenal sejarah masjid.

Wisata halal saat ini lebih maju karena jumlah umat muslim sebesar 1,6 miliar orang dengan golongan menengah sekitar 30 persen. Jusuf Kalla mengatakan, kelas menengah di negara-negara islam pengeluarannya lebih tinggi dibandingkan dengan golongan menengah di negara lain.

“Golongan menengah katakanlah 30 persen, itu sudah 600 juta orang. Jika 600 juta orang itu berwisata, itu bayangkan berapa yang masuk?” kata Jusuf Kalla.

Jusuf Kalla yang juga menjabat sebagai ketua umum DMI berpesan agar masjid tetap dipelihara dengan baik sebagai sumber dakwah. Selain itu, pengembangan wisata masjid ini diharapkan dapat menjadi kebanggaan bagi umat islam. Jusuf Kalla menegaskan, kebersihan masjid harus dijaga dengan baik karena merupakan bagian dari agama.

“Mudah-mudahan upaya bersama ini, bagaimana kita lebih mencintai masjid dan juga amalannya,” ujar Jusuf Kalla.

Menteri Pariwisata Arif Yahya mengatakan, pengembangan wisata berbasis religi ini harus dikelola dengan baik dari sisi bisnis dan marketing sehingga bisa berkompetisi dengan negara lain. Selain itu, wisata religi berbasis masjid ini juga merupakan bagian dari wisata halal yang kini sedang digencarkan oleh Indonesia. Kementerian Pariwisata menargetkan, wisata religi berbasis masjid ini bisa menjaring 10 persen dari total wisatawan mancanegara atau sekitar 500 ribu orang per tahun. [Republika]

Related posts