Gua laut di Aceh ungkap jejak Tsunami dalam 7.400 Tahun

New Jersey (KANALACEH.COM)- Tim ilmuwan internasional menggali sebuah gua laut di Aceh, Indonesia dan menemukan jejak tsunami paling murni di dunia. Ditemukan lapisan sedimen yang menunjukkan adanya 11 tsunami yang terjadi di dunia, dalam kurun waktu 7.400 tahun sebelum tsunami Aceh tahun 2004.

“Tsunami Samudera Hindia tahun 2004 yang menghancurkan, telah mengejutkan jutaan warga yang tinggal di kawasan pantai dan komunitas ilmiah,” tutur Benjamin Horton yang merupakan profesor pada Departemen Ilmu Kelautan dan Kawasan Pantai pada Rutgers University-New Brunswick, seperti dilansir dari detik.com, Jumat (20/7).

Rutgers University merupakan universitas penelitian publik yang berlokasi di New Jersey, Amerika Serikat. Profesor dari kampus ini ikut serta dalam penelitian gua laut di Aceh ini.

“Catatan geologi dari gua itu mengilustrasikan bahwa kita masih belum bisa memprediksi kapan gempa bumi selanjutnya akan terjadi,” imbuh Horton.

Hasil penelitian ini dilaporkan dalam jurnal Nature Communications edisi terbaru, dengan judul ‘Highly variable recurrence of tsunamis in the 7,400 years before the 2004 Indian Ocean tsunami’.

“Temuan kami memberikan gambaran mengkhawatirkan soal terulangnya tsunami dalam waktu yang tak menentu. Bisa jadi ada jangka waktu lama antara beberapa tsunami, tapi Anda juga bisa mendapatkan tsunami besar yang dipisahkan oleh hanya beberapa dekade,” terang Charles Rubin yang merupakan profesor pada Earth Observatory Singapura, bagian dari Nanyang Technological University.

Temuan ini terjadi di sebuah gua laut di pantai barat Sumatra, sebelah selatan kota Banda Aceh, yang luluh lantak akibat tsunami tahun 2004. Gua laut ini tersingkap setelah tsunami Aceh melanda.

Catatan stratigrafi, ilmu geologi yang mempelajari lapisan bebatuan, pada gua laut itu mengungkapkan lapisan berurutan yang terdiri atas pasir, kotoran kelelawar dan puing lainnya yang dibawa oleh tsunami dalam kurun waktu 7.400 hingga 2.900 tahun lalu. Catatan stratigrafi sejak 2.900 tahun lalu telah hanyut oleh tsunami 2004.

Gua berbentuk L ini memiliki ujung bebatuan yang ‘menjebak’ lapisan pasir di dalamnya. Para peneliti menggali enam parit dan menganalisis lapisan pasir dan puing dengan penanggalan radiokarbon. Penanggalan radiokarbon merupakan metode penanggalan radiometrik yang menggunakan isotop karbon-14 untuk menentukan usia material organik.

Para peneliti menggambarkan lapisan ‘murni’ sebagai lapisan stratigrafi yang jelas dan mudah dibaca. “Anda memiliki lapisan pasir dan lapisan material organik yang termasuk kotoran kelelawar, jadi sederhana saja, itu berarti satu lapis pasir dan satu lapis kotoran kelelawar, dan seterusnya, mundur hingga 5 ribu tahun,” terang Horton.

Catatan dalam gua itu mengindikasikan adanya 11 tsunami yang terjadi selama periode 7.400 tahun lalu, di sepanjang Sunda Megathurst, yang membentang sepanjang 5.310 kilometer dari Myanmar hingga Sumatra di Samudera Hindia.

Para peneliti menemukan adanya dua masa millenia (seribu tahun) yang bebas tsunami dalam jangka waktu 5 ribu tahun. Ditemukan juga adanya satu abad yang dilanda empat tsunami berbeda. Secara umum, temuan ini menunjukkan bahwa tsunami yang lebih kecil relatif terjadi dalam periode waktu berdekatan, yang diikuti oleh masa ‘istirahat’ panjang, kemudian diikuti oleh gempa besar dan tsunami seperti yang terjadi tahun 2004 lalu. []

Related posts