Wagub Aceh: Sejarah penentu arah kebenaran di masa depan

Wagub Aceh: Sejarah penentu arah kebenaran di masa depan
Wakil Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, menyampaikan sambutam saat membuka Exhibition A Contribution to Acehnese Built Heritage For Disaster Mitigation di Museum Tsunami Banda Aceh, Minggu (23/7). (Ist)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Pemerintah Aceh mengapresiasi semua pihak yang telah ambil bagian dalam kegiatan Vernacular Documentation Camp dan Exhibition A Contribution To Acehnese Built Heritage for Disaster Mitigation.

Penegasan tersebut disampaikan oleh Wakil Gubernur Aceh, Nova Iriansyah saat membuka secara resmi Exhibition A Contribution To Acehnese Built Heritage for Disaster Mitigation, di Museum Tsunami Aceh, Minggu (23/7).

“Tidak banyak pihak yang mendedikasikan perhatian dan minatnya untuk berjibaku dalam menggali berbagai pesan yang ditinggalkan oleh para pendahulu, terutama dalam bentuk tradisi dan arsitektur. Saat ini, sepertinya segala sesuatu yang futuristik menjadi trend yang tidak boleh diabaikan. Padahal banyak orang bijak mengatakan, bahwa masa lalu adalah aset masa depan,” ujar Nova.

Oleh karena itu, sambung Nova, Pemerintah Aceh sangat berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat, karena kegiatan ini merupakan sarana yang sangat tepat untuk menggali berbagai keunggulan keilmuan yang ditinggalkan para pendahulu, terutama dalam bidang arsitektur.

“Sejarah merupakan penentu arah kebenaran langkah di masa depan. Oleh karena itu, Pemerintah Aceh sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah menginisiasi kegiatan ini, karena ada unsur penggalian keilmuan terkait vernacular, ada unsur kedalaman penggalian kebenaran yang bisa dijadikan sebagai arah dan pedoman untuk kemajuan pembangunan di masa yang akan datang,” sambungnya.

Nova meyakini, kegiatan ini mampu memajukan pembangunan manusia di masa yang akan datang, baik secara khusus untuk Aceh maupun lebih luas lagi  serta mewariskan sesuatu yang berharga untuk anak didik dan anak cucu di masa mendatang.

“Ini merupakan pertemuan yang sangat penting karena saat ini kita berada pada titik yang rawan terkait pelupaan nilai dari arsitektur yang telah ditinggalkan oleh nenek moyang. Padahal, peninggalan masa lalu merupakan tonggak bagi kehidupan saat ini untuk  melangkah lebih baik lagi ke depan,” imbuhnya.

Langkah-langkah tersebut, sambung Nova, hanya bisa dilakukan dengan baik apabila semua elemen terkait berhasil merestrukturisasi, berhasil menyusun dan berhasil mengaktualisasikan kembali apa saja peninggalan indatu, terutama dalam bidang arsitektur.

“Saya optimis, banyak hal bisa terungkap melalui pintu gerbang arsitektur. Dan, saya yakin para narasumber yang hadir mampu membuka kembali tentang arsitektur serta nilai-nilainya, karena saya lihat projek ini dilakukan dengan penuh semangat. Semoga apa yang menjadi tujuan dan target kita semua bisa tercapai,” pungkas Nova.

Setelah membuka acara dan melakukan seremonial pengguntingan pita, Nova Iriansyah didampingi Istri juga berkesempatan meninjau pameran dan mendapatkan berbagai penjelasan terkait hasil karya para pesera yang dipamerkan di komplek Museum Tsunami Aceh.

Pameran ini merupakan rangakain kegiatan Aceh Vernadoc Champ 2017, yang mendokumentasikan Rumoh Aceh di Desa Lambunot, Aceh Besar.

Kegiatan ini merupakan Kerjasama antara Universitas Syiah Kuala, Universitas Indonesia, Asosiasi Tradisi Lisan, University of South Australia, Australia, dan The Association of Siamese Architects under Royal Patronage, Bangkok di bawah payung Vernacular Knowledge Research Group (VKRG).

Kegiatan ini juga didukung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Museum Tsunami, dan Australian Federal Government’s New Colombo Plan.

Sejumlah narasumber Internasional turut dihadirkan dalam kegiatan ini, yaitu, Julie Nichols dari University of South Australia, Toumas Klaus, arsitek dari Finlandia, Sudjit Sananwai ASA Vernadoc, Thailand, serta Prof Kemas Ridwan Kurniawan dari Universitas Indonesia. [Aidil/rel]

Related posts