Yayasan HAkA latih masyarakat untuk analisa Amdal

(ist)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA), melaksanakan pelatihan dasar pemantauan dan advokasi analisa dampak lingkungan. Pelatihan yang bertema “Mari Membangun Tanpa Merusak Lingkungan” ini diikuti oleh 27 orang peserta latih, di Hotel Sulthan Peunayong. Pelatihan dilaksanakan selama dua hari yaitu tanggal 3-4 Oktober 2017.

Badrul Irfan, Sekretaris HAkA menjelaskan, tujuan kegiatan pelatihan ini adalah agar peserta memahami dokumen Amdal dan bagaimana secara cepat membaca dokumen itu. Sehingga peserta memiliki kemampuan dasar untuk mengkritisi Amdal.

Selain itu, pelatihan ini juga memberi pemahaman tentang legal standing/posisi masyarakat. Pelatihan ini mengundang beberapa narasumber yang memiliki kompetensi di bidang Amdal, yaitu Rosmayani dan Yanis Rinaldi dari Tim Penilai Amdal Provinsi Aceh serta Muhammad Nur dari Walhi Aceh (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) dan Afrizal Tjutra dari KIA (Komisi Informasi Aceh).

“Dengan pelatihan ini, kami berharap peserta yang tediri dari unsur masyarakat, LSM dan mahasiswa yang berasal dari kabupaten/kota sekitar Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) tergugah untuk berpartisipatif dalam pembangunan yang berkelanjutan, sehingga kerusakan lingkungan dapat diminimalkan sejak awal”, tambah Badru Irfan.

Muhammad Nur, direktur dari Walhi Aceh mengatakan, peningkatan kapasitas publik dibutuhkan untuk menumbuhkan semangat publik menjaga lingkungan di Aceh,  penting bagi masyarakat sipil di Aceh untuk mengembalikan semangat mempertahankan kedaulatan atas hutan dan lahan. Melalui berbagai upaya litigasi maupun non-litigasi.

Training yang diselenggarakan oleh HAkA itu, diharapkan dapat melahirkan kader-kader terbaik untuk menjaga lingkungan. Perkembangan teknologi telah membentuk cara pandang publik terhadap isu-isu lingkungan hidup, begitu mudah dan sederhana sehingga menjadi penting merumuskan kembali strategi-strategi yang digunakan dalam advokasi lingkungan di Aceh

Tatang, Peserta dari Yayasan Satucita Lestari Indonesia (YSLI) di Aceh Tamiang mengatakan bahwa organisasinya berfokus pada perlindungan spesies Tuntong Laut (Batagur Borneoensis). “Pelatihan terkait soal Amdal ini sangat baik dan bermanfaat dalam konteks kegiatan kami di YSLI, karena kita bisa melihat dan mengukur aktifitas yang ada di Hulu Sungai Tamiang atas kegiatan Industri,” ujarnya. [Randi/rel]

Related posts