Peneliti: Banda Aceh masuk daerah rawan likuifaksi

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Fenomena likuifaksi yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah bukan pertama kali terjadi di Indonesia, fenomena ini juga sempat terekam oleh peneliti saat terjadi gempa di Aceh beberapa Tahun silam.

Likuifaksi di akibatkan gempabumi dan merupakan peristiwa hilangnya kekuatan lapisan pasir lepas, akibat kenaikan tekanan air pori karena menerima getaran gempabumi.

Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adrin Tohari, dalam hasil risetnya yang berjudul ‘Kerentanan Likuifaksi wilayah kota Banda Aceh Berdasarkan Metode Uji Penetrasi Konus’ menyebutkan bahwa wilayah Kota Banda Aceh juga rawan likuifaksi.

Berdasarkan hasil perhitungan
penurunan tanah yang ditelitinya, wilayah Banda Aceh dapat dibagi menjadi lima zona kerentanan. Zona kerentanan tinggi terutama terdapat di Kecamatan Kuta Alam dan Syiah Kuala, sedangkan zona kerentanan rendah terutama terdapat di wilayah Kecamatan Banda Raya.

Ia menjelaskan, peristiwa gempabumi Aceh tahun 2004 juga menyebabkan fenomena likuifaksi di Kota Banda Aceh. Itu ditandai dengan kerusakan bangunan dan infrastruktur yang terjadi umumnya akibat hilangnya kapasitas dukung lapisan tanah.

Kemudian tersebar di dataran aluvium sekitar pantai dan Sungai Krueng Aceh, seperti penurunan pondasi bangunan dan penurunan tanggul pada disi kiri lokasi Aceh Water Sharing.

Penelitian potensi likuifaksi di daerah pesisir di Krueng Raya ini, mengindikasikan bahwa lapisan pasir yang berpotensi likuifaksi
berada pada kedalaman antara 3 dan 15 meter.

“Bukti-bukti fenomena likuifaksi tersebut menunjukkan bahwa lapisan tanah endapan aluvial di wilayah Kota Banda Aceh berpotensi untuk mengalami likuifaksi. Mengingat informasi potensi likuifaksi di wilayah Kota Banda Aceh masih sangat terbatas pasca gempa 2004 silam,” kata Adrin Tohari dalam risetnya.

Maka daerah yang rentan terhadap likuifaksi belum dapat terpetakan secara menyeluruh. Riset ini, kata dia, hanya menyajikan hasil studi kerentanan penurunan tanah akibat likuifaksi di wilayah Kota Banda Aceh berdasarkan metode uji penetrasi konus.

Wilayah Kota Banda Aceh, lanjut dia, umumnya tersusun oleh endapan kuarter yang terdiri dari endapan pematang pantai, endapan rawa, dan endapan aluvial berumur Pleistosen dan Holosen.

Berdasarkan data pemboran, lapisan endapan aluvial dekat dengan pantai dapat mencapai ketebalan 206 meter di bawah permukaan tanah, di daerah Cot Paya di sebelah Timur Sungai Krueng Aceh.

Sementara itu, beberapa puluh kilometer ke arah hulu di daerah Kecamatan Lambaro, endapan aluvium mempunyai ketebalan minimum 70meter dengan proporsi 20 persen pasir dan 80 persen lempung pasiran, hingga pasirnya lempungan.

Maka dari itu, penyelidikan geoteknik detil dan kajian mikrozonasi lokal pada kawasan ini menjadi penting dilakukan, sebelum kontruksi bangunan dilaksanakan untuk mengurangi risiko ancaman penurunan tanah akibat likuifaksi.

“Dengan demikian, investigasi geoteknik detil sangat diperlukan untuk mencegah kerusakan pada bangunan dan infrastruktur akibat likuifaksi di wilayah Kota Banda Aceh,” sebutnya.

Sementara itu, kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) T. Ahmad Dadek tak menampik bahwa di Aceh pernah mengalami likuifaksi.

Salah satunya terjadi di Rawa Tripa, tapi dalam skala kecil. “Di Aceh juga banyak salah satunya di Kuala Rawa Tripa tahun 2004, Aceh juga sudah pernah tapi skalanya kecil,” ujarnya kemarin Kamis (4/10). [Randi]

Related posts