Waduh, jumlah perokok remaja di Indonesia terus meningkat

ilustrasi.

Jakarta (KANALACEH.COM) – Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menemukan bahwa prevalensi perokok pada penduduk usia atas 10 tahun sebesar 28,8 persen. Namun yang memprihatinkan, prevalensi merokok pada remaja (10-18 tahun) sejak tahun 2013 terus meningkat.

Berdasarkan Riskesdas 2013 tercatat sebesar 7,2 persen, lalu meningkat menjadi 8,8 persen dalam Riskesdas 2016. Persentase itu melonjak menjadi 9,1 persen pada Riskesdas 2018.

Perilaku merokok cenderung stabil pada orang dewasa. Hanya saja, peningkatan angka perokok pada remaja menjadi suatu kekhawatiran baru.

“Penyebabnya banyak. Perilaku merokok pada remaja sangat berpengaruh pada pola pikir di masa remaja yang cenderung berkelompok. Tak hanya itu, harga (rokok) juga cenderung berpengaruh,” ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Siswanto dalam acara Paparan Hasil Riskesdas 2018 di Gedung Kemenkes RI seperti dilansir laman VIVA.co.id, Jumat (2/11).

Menurutnya, harga rokok akan sangat berpengaruh pada keinginan merokok di kalangan perokok pemula. Sebab, harga yang cenderung mahal, membuat perokok pemula berpikir dua kali untuk membeli rokok.

“Harga rokok dinaikkan akan pengaruh ke perokok pemula. Beda dengan perokok aktif yang sudah cukup tua yang sudah adiktif sehingga harga berapa pun tidak berpengaruh,” ujarnya.

Untuk itu, Siswanto menegaskan, perlunya ada peraturan khusus untuk menekan angka perokok pemula atau remaja. Terlebih, target perokok pemula pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2019 seharusnya 5,4 persen.

“Penting edukasi pada perokok remaja. Ditambah kenaikan harga juga untuk menekan angka perokok ini,” ucap dia. []

Related posts