Sepanjang 2018, Facebook hapus 14 juta konten terorisme

Mark Elliot Zuckerberg, pendiri Facebook. (dw.com)

Jakarta (KANALACEH.COM) – Facebook telah menghapus sekitar 14 juta konten yang terkait dengan terorisme di platformnya sepanjang tahun 2018. Facebook sendiri mengartikan konten terorisme sebagai post yang memuji, mendukung atau mewakili ISIS, al-Qaeda dan kelompok-kelompok afiliasi mereka.

“Kami mengukur berapa banyak konten (seperti postingan, gambar, video atau komentar) yang kami tindak karena mereka bertentangan dengan standar kami untuk propaganda teroris, terutama yang berkaitan dengan ISIS, al-Qaeda dan afiliasi mereka,” tulis Facebook dalam keterangan resminya, seperti dikutip laman Detik.com, Sabtu (10/11).

Lebih rinci, Facebook menyebutkan bahwa mereka menghapus 1,9 juta konten di kuartal pertama tahun 2018. Kemudian 9,4 juta konten teroris di kuartal kedua dan 3 juta konten teroris di kuartal ketiga tahun 2018 juga telah dihapus.

Banyak dari konten yang dihapuskan merupakan postingan yang sudah lama dan dipost sebelum tahun 2018. Tapi, Facebook juga menyebut bahwa mereka telah menghapus 1,2 juta konten baru di kuartal pertama tahun 2018, 2,2 juta konten di kuartal kedua, dan 2,3 juta konten di kuartal ketiga.

Facebook menjelaskan bahwa mereka fokus untuk menghapus konten terorisme sebelum dilihat oleh banyak penggunanaya. Untuk itu, Facebook berhasil menurunkan rata-rata waktu berapa lama konten terorisme tersebut berada di platform setelah dilaporkan pengguna.

Pada kuartal pertama, rata-rata waktunya adalah 43 jam. Tapi turun menjadi 22 jam di kuartal kedua dan menjadi 18 jam di kuartal ketiga.

Facebook sendiri mengandalkan machine learning untuk mengidentifikasi konten-konten tersebut.

Biasanya konten tersebut kemudian ditinjau dan dihapus oleh operator manusia, tapi teknologi machine learning tersebut bisa juga menghapus konten jika penilainnya lebih akurat dibanding penilaian manusia.

Facebook juga mengatakan bahwa mereka akan terus meningkatkan teknologi mereka untuk mendeteksi agar mencegah penyebaran konten terorisme.

“Teroris selalu mencuri cara untuk menghindari deteksi kami dan kami perlu melawan serangan tersebut dengan peningkatan teknologi, pelatihan, dan proses,” tutupnya. []

Related posts