Kemenkes Ungkap Kondisi Kesehatan dan Mental Remaja Indonesia

Ilustrasi.

(KANALACEH.COM) – Sebagai negara berkembang, masyarakat Indonesia didominasi oleh kaum remaja. Tercatat 46 juta populasi di Indonesia merupakan remaja dan mereka semua terkonsentrasi di Pulau Jawa. Mirisnya sebanyak 48,9 persen remaja perempuan menikah di bawah usia 20 tahun.

Lebih lanjut, dari hasil yang diperoleh Riskesdas didapatkan 1/4 remaja Indonesia adalah perokok. Padahal rokok adalah salah satu faktor penyumbang berbagai penyakit berbahaya, mulai dari jantung, paru-paru, dll.

Tak hanya itu, Sekertaris Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, dr. Eni Gustina, MPH mengatakan bahwa Indonesia juga mengalami tiga masalah gizi. Di antaranya adalah Stunting sebesar 30 persen, obesitas 8 persen dan anemia 22 persen. Bahkan dari hasil Riskesdas pada 2018 penderita anemia naik sebesar 50 persen.

Tak hanya masalah besar yang dihadapi para remaja di Indonesia, berbagai masalah lainnya seperti karies gigi juga turut menyumbang masalah. dr. Eni menegaskan karies gigi banyak dijumpai pada anak-anak di tahap Sekolah Dasar (SD).

“Karies gigi rata-rata sudah diderita sejak SD. Padahal gigi mereka sudah berganti dan jika rusak tidak akan bisa kembali lagi. Selain itu ada juga penyakit lain seperti cacingan 28%. Masalah perkawinan juga ada, biasanya berdampak pada materi karena menikah di usia muda,” ucap dr. Eni, seperti dilansir laman Okezone.com, Senin (17/3).

Tentunya ketidakpahaman remaja untuk hidup sehat menjadi salah satu penyebabnya. Berdasarkan Global School Health Survey (GSHS), hanya ada tujuh persen anak yang memenuhi standar yang baik dan benar untuk memakan buah dan sayuran.

“Hanya tujuh persen yang benar-benar memenuhi aturan. Yang makan sayuran dinyatakan hanya sebesar 30 persen. Sebagian besar makannya fastfood. Belum ditambah dengan prilaku lain seperti narkoba sudah ada sebanyak lima persen remaja berdasarkan penelitian,” lanjutnya.

Tak hanya dari segi kesehatan, mental para remaja Indonesia pun turut terganggu. Berdasarkan koresponden GSHS yang mencapai 11 ribuan, lima persen remaja mengalami depresi yang dibagi menjadi tiga grade.

“Ada yang merasa kesepian ada pula rasa khawatir dan ketakutan. Bahkan ada yang berniat untuk bunuh diri,” sambungnya.

Lebih lanjut, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kemenkes RI, berupaya menciptakan generasi muda yang sehat dan berkualitas. Caranya dengan memberantas HIV dan stunting. Hal ini dilakukan untuk menghadapi puncak bonus demografi yang diperkirakan terjadi pada 2031.

“Seharusnya kita melakukan intervensi mulai sejak remaja. Pasalnya jika mereka tidak sekolah, makan remaja ini cenderung akan memilih menikah. Jika hal ini bisa dikelola dengan baik, maka Indonesia bisa menikmati puncak bonus demografi pada 2031,” tutupnya.

Sebagaimana diketahui, bonus demografi adalah bonus yang bisa dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif. Hal ini bakal terjadi, mengingat populasi Indonesia didominasi oleh usia remaja/produktif. []

Related posts