Dari Aceh, Komunitas Serukan Darurat Satwa Untuk Indonesia

Di hutan Aceh, sekitar 100 ekor Harimau yang masih tersisa
Sejumlah LSM dan Pecinta satwa di Banda Aceh menggunakan topeng Harimau dalam aksi Tigerday 2017, di depan masjid Baiturrahman Banda Aceh, Minggu (30/7). (Kanal Aceh/Randi)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Seratus orang anggota komunitas, pelajar, pegiat lingkungan dan aparatur pemerintah melakukan parade Global March for Elephants, Tigers, Rhinos and Orangutans yang bertepatan dengan peringatan Hari Bumi Senin (22/4). Tema tahun ini adalah “Lindungi Species Kita”.

Dalam parade itu mereka menggunakan topeng satwa seperti harimau, orangutan, badak dan gajah serta membawa poster yang berisi seruan penyelamatan bumi, hutan dan satwa dari kepunahan.

Parade dilakukan dengan melintasi jalan utama di pusat kota mulai dari Taman Sari – Pendopo Gubernur dan Berakhir di depan Mesjid Raya Baiturrahman.

Koordinator parade Hari Bumi, Nuratul Faizah mengatakan, peringatan Hari Bumi ini bertepatan dengan aksi Global March untuk Gajah, Harimau, Badak dan Orangutan yang juga dilakukan serentak di banyak negara.

Banda Aceh merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang selalu berpartisipasi dalam kegiatan global parade untuk satwa sejak 2015.

“Kita harus ambil bagian dari aksi masyarakat dunia untuk menyerukan penyelamatan spesies satwa dari ancaman kepunahan. Sebagai daerah yang masih memiliki satwa langka seperti harimau, badak, gajah dan orangutan, penting kita mengingatkan semua orang untuk ambil aksi untuk menyelamatkan satwa-satwa kita,” kata Faizah.

Dalam tahun ini kasus pembunuhan satwa seperti gajah, orangutan dan harimau masih terjadi di Aceh.

“Kita masih ingat pembunuhan gajah Bunta dan penembakan orangutan bernama “Hope” yang menyita perhatian publik sampai keluar negeri. Kasus ini bisa menjadi preseden buruk bagi negara kita dalam membuktikan komitmennya untuk menyelamatkan satwa yang dilindungi. Untuk itu kita harus menunjukan sikap kita bahwa kita ingin kasus-kasus pembunuhan satwa dihentikan dan ditindak secara hukum,” katanya.

Untuk itu mereka menyerukan kepada Presiden Indonesia dan anggota legislatif yang baru terpilih untuk menunjukan keberpihakannya pada isu-isu lingkungan hidup.

“Pemerintah harus serius mengambil aksi untuk menyelamatkan spesies kita baik di darat maupun di laut dan tidak merusak habitat mereka. Indonesia dalam kondisi darurat satwa karena banyak spesies kita sedang menuju kepunahan.” ucapnya.

Para komunitas peduli lingkungan yang terdiri dari Earth Hour Aceh, SALI, Edsa, Sahabat Bumi, Forum Lingkar Pena, Pramukan SMA 7, ISBI, WWF Indonesia, Koalisi SRJS, Duta Wisata, Haka, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh menyerukan untuk menghentikan kegiatan-kegiatan yang merusak habitat satwa seperti pembukaan perkebunan sawit dan pertambangan yang tidak ramah lingkungan dan kegiatan pembangunan yang tidak berkelanjutan.

Faizah mengajak semua pihak mulai peduli terhadap nasib satwa-satwa yang terus diburu di alam liar untuk diperdagangkan secara ilegal. Aceh merupakan salah satu pemasok satwa-satwa yang diperdagangkan di kota-kota besar dan hingga keluar negeri. Sebut saja gading gajah, kulit harimau, cula badak, anak orangutan, tringgiling, badak, burung rangkong dan landak.

“Jika satwa kita habis, yang rugi adalah kita, karena keseimbangan ekosistem akan terganggu, taka da lagi penyebar bibit di hutan. Tinggal kita menunggu bencana datang,” katanya. [Randi/rel]

Related posts