Usai di Rehab, Pasar Inpres Blangpidie Tetap Terbengkalai

Pasar Inpres Blangpidie yang telah selesai di rehab. (Kanal Aceh/Jimi)

Blangpidie (KANALACEH.COM) – Usai di rehab beberapa tahun lalu, pasar impres Blangpidie yang menghabiskan anggaran sekitar Rp465 juta dari sumber anggaran APBK DAK tahun 2018, terlihat terbengkalai.

Kondisi Pasar Inpres Blangpidie, sejak selesai direhab, kini tidak diurus dengan benar, bahkan sudah mulai rusak seperti flapon dan sebagainya. Saat ini pasar yang berada dilantai dua dengan jumlah belasan pintu itu telah tertata bagus untuk ditempati para pedagang.

Camat Blangpidie Crisnoer saat enggan dimintai komentarnya soal pasar tersebut. Alasannya, pasar tersebut belum diserahkan kepada pihak Kecamatan.

“Oh pasar itu nokomen saya, karena masih wewenang Disperindagkop, belum diserahkan kepada Kecamatan,” katanya saat dikonfirmasi, Jumat (10/5).

Pasar tersebut, kata dia tidak akan pernah ditempati oleh para pedagang. Sebab, selama masih ada pedagang yang berjualan dibawah, pedagang tetap tidak mau yang berjualan di lantai dua tersebut.

“Tidak bisa kita arahkan kepada pedagang untuk menjual di atas lantai dua, sebab ada sebagian pedagang yang masih berjualan dipinggir jalan. Hal ini otomatis pedagang lain tetap ikut berjualan dibawah, tidak ada yang mau jualan diatas,” katanya.

Selain itu terkait sembrawutnya pasar dengan kondisi macet setiap harinya, tak terlepas dari aturan parkir kendaraan yang tak terurus.  Sehingga terjadi kemacetan sepanjang jalan pasar tersebut.

“Pedagang dan pembeli sama-sama memakirkan kendaraan seenaknya, makanya terjadi kemacetan. Kemudian parkir tidak ditegaskan dan ditertipkan oleh perhubungan,”ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindakop) Abdya, Jamaluddin mengakui pasar tersebut akan segera diserahkan kepada Kecamatan.

“Iya saat ini sedang kita kumpulkan data penerimanya dalam jumlah belasan orang. Setelah ada yang menerimanya baru kita serahkan kepada Kecamatan untuk dikelola oleh pihak Camat,”katanya. [Jimi Pratama]

Related posts