Keuchik di Abdya Sempat Potong BLT, Lalu Dibagikan ke Warga Non Penerima

Ilustrasi. (net)

Blangpidie (KANALACEH.COM) – Komisi A DPRK Aceh Barat Daya (Abdya) menyikapi terjadi adanya pemotongan bantuan langsung tunai (BLT) di Desa Gunung Samarinda, Kecamatan Babahrot , beberapa waktu lalu.

Ketua komis A dan anggota memastikan dana bantuan itu sampai ke tangan penerima manfaat secara penuh tanpa pemotongan.

Ketua Komisi A DPRK Abdya Sardiman, membenarkan jika pihak Desa Gunung Samarinda sempat melakukan pemotongan dana tersebut. Namun, dalam hal ini keuchik dan aparatur desa lainnya telah mengembalikan dana sebesar Rp 200 ribu itu kepada 180 lebih kepala keluarga (KK) penerima BST di desa setempat yang sempat dipotong dua pekan lalu.

Dijelaskan, setiap KK memperoleh BLT sebesar Rp 600 ribu sesuai dengan ketentuan yang berlaku selama pandemi corona virus (Covid-19) ini. Dalam perjalanannya, keuchik setempat justru mengambil kebijakan dengan melakukan pemotongan sebesar Rp 200 ribu dan dibagikan kepada warga di desa setempat yang tidak mendapatkan bantuan tersebut.

Meski pemotongan yang dilakukan oleh keuchik itu hasil musyawarah dan mufakat dengan warga, namun hal tersebut salah berdasarkan aturan yang berlaku.

“Secara aturan itu kebijakan yang salah, apapun alasannya, BLT itu tidak boleh dipotong,” tegasnya didampingi anggota Komisi A lainnya, Julinardi dan Justar, Sabtu (13/6).

Pihaknya berharap, kejadian itu bisa menjadi contoh bagi keuchik lainnya yang ada di Abdya. Sehingga kejadian serupa tidak terulang lagi, walau tujuannya baik yakni untuk pemerataan bantuan, kalau bertentangan dengan aturan tetap tidak boleh dilakukan.

Upaya pengembalian dana yang telah terpotong itu mendapat dukungan dari kalangan dewan dan berharap kejadian itu menjadi pelajaran kedepannya.

“Dana yang sempat dipotong telah dikembalikan serta dibuktikan dengan berita acara serah terima pengembalian bantuan itu oleh masyarakat penerima manfaat,” tutupnya. [Jimi Pratama]

 

View this post on Instagram

 

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Untuk menyambut era new normal, sekitar 50 persen hotel di seluruh Aceh mulai beroperasi kembali. Meskipun, tamu yang hendak menginap di hotel masih minim. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Aceh, Yusri Syamaun mengatakan, beroperasinya sebagian hotel di Aceh dikarenakan adanya kelonggaran yang diberikan pemerintah, terkait aktivitas perjalanan baik melalui darat maupun udara. “Belum begitu aktif semua, tapi sudah mulai lah, sekitar 50 persen sudah ada yang buka,” kata Yusri saat dikonfirmasi, Sabtu (13/6). Meski demikian, tamu yang hendak menginap di hotel masih minim. Baik dari lokal maupun dari luar Aceh. Sebab, warga masih enggan melakukan perjalanan ke Aceh. Padahal kata dia, Aceh salah satu provinsi yang tingkat penularan virus coronanya masih minim. Sehingga, ia berharap para pelancong tidak enggan datang ke Aceh. “Tamunya masih banyak kurang, jadi bukanya belum sempurna, kalau tamu luar belum ada. Orang masih takut-takut juga,” ucapnya. Menurutnya, beroperasinya kembali bisnis perhotelan di Aceh juga untuk membangkitkan perekonomian, yang dimana selama tiga bulan terakhir bisnis hotel di Aceh redup. Bahkan, sebagian hotel terpaksa tutup dan merumahkan karyawannya. Selengkapnya klik di www.kanalaceh.com atau swipe story #bandaaceh #acehbesar #acehjaya #acehbarat #naganraya #abdya #acehselatan #subulussalam #acehsingkil #pidie #pidiejaya #bireuen #acehutara #lhokseumawe #acehtimur #langsa #acehtamiang #gayolues #acehtengah #benermeriah #sabang #hotel #perusahaan #karyawan #dirumahkan #phk #bisnis #dampakcorona #pandemiccorona #newnormal

A post shared by Kanal Aceh (@kanalacehcom) on

Related posts