Muhasabah Nuzul Al-Qur’an: Kita Kian Jauh dengan Al Qur’an

(Foto: Wajibbaca.com)

SAAT ini kita sudah melewati pertengahan Ramadhan 1442 H, yaitu 17 Ramadhan, bertepatan dengan peristiwa agung Nuzulul Qur’an (turunnya Al Qur’an).

Setiap tahunnya, peristiwa Nuzulul Qur’an terasa begitu semarak. Tidak hanya masjid/rumah ibadah, bahkan istana negara juga menyemarakkan peristiwa tersebut dengan menggelar kajian ilmiah tentang peringatan peristiwa turunnya Al-Qur’an.

Namun, pada tahun ini dan tahun sebelumnya tidak sesemarak dulu, karena saat ini umat manusia sedang menghadapi pandemi Covid-19.

Mengenai kapan turunnya Al-Qur’an, ulama berbeda pendapat. Maka, karena adanya perbedaan tersebut, sebagian besar negara Arab memperingati peristiwa Nuzulul Qur’an pada 27 Ramadhan.

Terlepas dari perbedaan tersebut, inti dari peringatan Nuzulul Qur’an adalah agar umat Islam mengambil hikmah/ibrah agar semakin dekat dengan Al-Qur’an dan semakin rajin membaca, mentadabbur dan mengamalkannya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 185:

“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). (QS. Al Baqarah: 185)

Al-Qur’an diturunkan sebagai pedoman hidup kita (dustur) untuk ditadabburi atau direnungkan, sehingga bisa memahami, mengambil ibrah dan mengamalkan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, bukan sekedar untuk diperingati secara seremonial.

Nuzulul Qur’an yang diperingati secara menyeluruh di Indonesia harus mampu melahirkan generasi yang cinta kepada Al-Qur’an dan menumbuhkan keinginan lebih dalam  untuk membaca, mempelajari, mentadabbur dan mengamalkan kandungannya.

Sangat disayangkan, melihat akhir-akhir ini, banyak yang tidak mampu membaca Al-Qur’an. Bukan hanya anak -anak, bahkan mereka yang sudah dewasa juga banyak yang tidak bisa baca Al-Qur’an. Parahnya lagi mereka tidak mau belajar, padahal tidak ada kata terlambat untuk belajar Al-Qur’an.

Hal ini bisa dilihat saat tes baca Al-Qur’an bagi para calon di Pilkada dan pemilihan legislatif di daerah yang mengharuskan tes baca Al Qur’an bagi calon kandidat, sebagian masih ada yang tidak mampu membaca Al-Qur’an dengan baik. Begitu juga saat uji baca Al-Qur’an bagi calon pengantin di KUA.

Banyak dari kita tidak mau bersahabat dengan Al-Qur an, sehingga Al-Qur an dibaca ketika ada momen-momen tertentu saja seperti membaca surah Yasin, tiga qul dan itu juga dibaca kondisi tertentu saja.

Hari ini seakan ada jarak antara kita dan Al Qur’an, kadang sehari dua hari dan bahkan sebulan tidak pernah membacanya, kita tidak bersahabat dengannya, lebih sering menunda-nunda waktu untuk memulai membaca 1 atau dua lembar ayat suci Al-Qur’an setiap hari.

Kadang kita mencari waktu luang untuk membacanya, padahal untuk membaca bacaan lain seperti handphone tak pernah luput. Kadang alasan malas, sibuk dan lainnya menjadi penghambat kita untuk membaca Al-Quran, sehingga kita kian jauh dari Al-Qur’an.

Padahal ia adalah pedoman hidup kita, obat penyejuk dan penenang hati. Setiap huruf yang dibacakan diberikan ganjaran pahala oleh Allah SWT, berbeda dengan bacaan lain, huruf yang dibaca kalau tidak dipahami tidak ada manfaatnya.

Masih ada kesempatan jika kita mau belajar al-Qur’an, apalagi saat ini sudah sangat mudah, ada metode cepat bisa baca al-Qur’an baik melalu belajar privat maupun majlis ta’lim.

Bahkan, beberapa tahun lalu pemerintah juga sudah mencanangkan program wajib mengaji setelah magrib dan para orang tua bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengajar anaknya agar bisa membaca Al-Qur’an.  Jika ini berjalan, maka ke depan tidak ada lagi generasi kita yang tidak mampu membaca Al-Qur’an dan mereka menjadi generasi Qur’ani.

Baginda Rasulullah SAW memotivasi kita untuk mau belajar dan mengajarkan Al Qur’an, seperti dalam hadits,  Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

Kalau Mau Bahagia, Bacalah Al-Qur’an
Al-Qur’an juga membawa kita kepada kebahagiaan, seperti ditulis dalam sebuah postingan berbahasa Arab Tsaqafnafsak.com beberapa waktu lalu.

“Kalau kamu mau bahagia, jagalah shalatmu, jadikan Al-Qur’an sebagai sahabatmu dan berbaktilah kepada kedua orang tuamu, begitulah tiga jalan menuju kebahagiaan”.

Di sana jelas tertulis bahwa salah satu jalan meraih kebahagiaan adalah senantiasa membaca Al-Qur’an. Hal ini juga sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Fathiir ayat 29-30.

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah SWT dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah SWT menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari anugerah-Nya. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS: Fathiir ayat 29-30)

Maka perbanyaklah membaca Al-Qur’an, apalagi di bulan Ramadhan yang merupakan bulan yang penuh keagungan dan kelebihan, bulan paling mulia jika dibandingkan dengan bulan yang lain, ganjarannya berlipat ganda karena dalam bulan Ramadhan inilah Al-Qur’an pertama kali diturunkan.

Peristiwa tersebut menunjukkan betapa istimewanya bulan Ramadhan, sehingga dikatakan dengan bulannya Al-Qur’an (Syahrul Qur’an).

Kalau kita lihat para ulama dahulu seperti Imam Malik r.a, beliau meliburkan majlis ilmu selama Ramadhan, di negara-negara Arab rata-rata majlis ilmu juga diliburkan supaya semua bisa fokus untuk Al-Qur’an dan ibadah lainnya, hal ini juga dilakukan di Universitas Al-Azhar Cairo. Imam As Syafi’i Rahimahullah juga mengkhatamkan Al-Qur’an berkali-kali selama Ramadhan.

Untuk itu, hiasilah Ramadhan dan peristiwa Nuzul Qur’an tidak sekedar seremoni. Mari budayakan untuk senantiasa membaca Al-Qur’an baik di rumah, kantor, masjid/mushalla, sekolah dan tempat kita bekerja. Jika tidak sempat membaca Al- Qur’an karena sebuah kesibukan, paling kurang dengarkanlah tilawah Al-Qur an melalui gawai, tape, televisi dan lain-lainnya sehingga Al-Qur’an menjadi sahabat kita.

Kelak Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada kita, seperti sabda Rasulullah SAW; “Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaatnya kepada seorang hamba pada hari kiamat. Al-Qur’an berkata, ‘Aku telah menahannya dari tidur pada malam hari, maka berilah saya ijin untuk memberikan syafaat kepadanya.’ Keduanya dapat ijin untuk memberikan syafa’atnya.”

Insya Allah semakin sering kita membaca dan mengamalkan perintah Al-Qur’an semakin besar harapan kita untuk mendapatkan syafa’at dan keberkahan dari Al-Qur’an di akhirat nanti, dan ke depan semoga tidak ada lagi anak-anak kita yang tidak bisa membaca Al-Qur’an.

Kalau mau bahagia, mulailah dari sekarang bacalah Al-Qur’an. Al-Qur’an akan menenteramkan hati dan pikiran, sehingga kita menemukan kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup ini. Jangan biarkan Ramadhan berganti hari tanpa ada bacaan Al-Qur’an, lawan dan hancurkan ego agar tetap dekat dengan Al Qur’an. Sesibuk apapun targetkan pada Ramadhan kali ini untuk mengkhatam  membaca Al-Qur’an paling minimal sekali khatam.

*Penulis: Muhammad Nasril, Lc. MA (Penghulu Muda Pada KUA Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar)

Related posts