Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara. Kerajaan ini terletak di pesisir utara Sumatera, yaitu di Kabupaten Aceh Utara dan berkembang mulai dari abad ke-13 sampai abda ke-16 Masehi.
Museum Islam Samudra Pasai dibangun untuk memamerkan hasil koleksi benda-benda bersejarah peradaban Islam pada masa Kerajaan Samudra Pasai.
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara akan terus melakukan pengembangan Museum Islam Samudra Pasai yang berada di Gampong Beuringen, Kecamatan Samudera, demi menggenjot minat kunjung ke lokasi wisata religi ini.
Wakil Bupati Aceh Utara, Fauzi Yusuf mengatakan, Museum bukan hanya milik generasi dahulu, museum juga milik generasi masa sekarang dan masa yang akan datang. Dengan kehadiran museum diharapkan warisan budaya dapat dilestarikan yang akhirnya akan bermuara kepada penguatan karakter dan jatidiri suatu bangsa tekhusus mayarakat Aceh Utara.
“Samudera pasai merupakan sejarah yang sangat besar munculnya islam pertama di nusantara. Museum samudera pasai menjadi wisata religi yang ingin kita kembangkan dan menjadi fokus pemerintah daerah untuk mengembangkan wisata dan juga sejarah ini untuk ke generasi di masa depan. Semoga harapan ini terwujud karena nilai sejarah ini sangat luar biasa,” ujar Fauzi Yusuf.
Pemerintah Aceh Utara akan terus melakukan pembenahan khususnya fasilitas pendukung, karena museum Islam Samudra Pasai dibangun untuk memamerkan hasil koleksi benda-benda bersejarah peradaban Islam pada masa Kerajaan Samudra Pasai.
“Kedepan kita harapkan sejarah peradaban Islam Samudera Pasai bisa masuk ke dalam kurikulum SD dan SMP. Sehingga para generasi penerus bisa mengetahui sejarah yang sudah mendunia sehingga menumbuhkan cinta akan sejarah,“ kata Fauzi Yusuf, Kamis (20/01).
Fauzi Yusuf mengatakan butuh sinergitas antar instansi dalam pengembangan fasilitas museum Samudra Pasai.
”Kita sinergikan antara instansi yang membidangi kebudayaan untuk fokus dalam pengembangan fasilitas dan kunjungan di museum Samudra Pasai mulai tingkat sekolah,” ujarnya.
Wakil Bupati menyebutkan, sejauh ini koleksi benda bersejarah Kerajaan Islam Samudera Pasai ada sekitar 1000 koleksi, diantaranya mata uang masa Kerajaan Samudra Pasai, perhiasan, peralatan rumah tangga, peralatan pertanian, senjata tradisional, buku-buku dan kitab karangan ulama abad pertengahan.
“Kita meminta kepada masyarakat, Jika memiliki maupun menyimpan benda peninggalan sejarah yang disimpan dirumah, untuk diserahkan ke Museum, karena akan diberikan penghargaan (Reward) kepada yang bersangkutan,“ pintanya.
Kedepan pihaknya akan terus gencarkan promosi museum samudera pasai, dimana setiap kamar hotel kita tinggalkan informasi promosi tentang sejarah pasai sehingga setiap tamu tertarik untuk berkunjung dan mengetahui sejarah kerajaan samudera pasai.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Utara, Jamaluddin, menambahkan nama museum ini diambil dari nama kerajaan islam pertama di nusantara, telah meminta kepada seluruh kepala sekolah dan Duta wisata akan terus melakukan promosi cagar budaya melalui event-event baik tingkat nasional maupun internasional.
“Sebagai langkah supaya lebih dikenal masyarakat, kita telah sudah membuat berbagai program, salah satunya belajar lapangan, yang dipusatkan di museum, sehingga para pelajar mengetahui sejarah kejayaan kerajaan islam Samudera Pasai, sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya dan adat istiadat warisan indatu,”
“Kita juga melakukan kerjasama dengan Perguruan Tinggi yang ada di Aceh untuk dapat berkunjung ke museum agar mahasiswa dapat lebih mengetahui sejarah perkembangan kerajaan samudera pasai dan perkembangan islam,” ucapnya.
Disebutkan, Museum Samudera Pasai tempat tidak hanya sebagai penyimpanan benda–benda bersejarah masa Kerajaan Islam Samudera Pasai, namun juga dapat menjadi sarana edukasi dan relaksasi bagi para pengunjung.
“Objek wisata religi ini dibuka untuk umum dan sejak diresmikan tahun 2019 sudah dikunjungi sekitar 7000 lebih pengunjung dari berbagai daerah, baik dari Aceh, Luar Aceh, bahkan pengunjung dari luar negeri, diantaranya Malaysia, Thailand, Philipina termasuk Turki,“ terangnya.
Kepala bidang Kebudayaan Disdikbud Aceh Utara Nurliana menyebutkan, sejauh ini koleksi benda bersejarah Kerajaan Islam Samudra Pasai ada sekitar 340 terbagi dalam lima kelompok, yaitu filologika, etnografika, numismatika, historika dan keramologika.
“Para wisatawan yang berkunjung ke Museum Samudra Pasai, bisa melihat langsung benda-benda sejarah, seperti yang sudah ada saat ini diantaranya perhiasan, peralatan rumah tangga, peralatan pertanian, senjata tradisional, buku-buku dan kitab karangan ulama abad pertengahan,” kata Nurliana.
Cagar budaya Samudra Pasai terdiri dari dua bangunan utama, yaitu museum dan menara monumen Samudra Pasai yang terletak sekitar 100 meter dari bangunan museum tersebut.
Tidak hanya museum, menara monumen Samudra Pasai juga dikunjungi banyak pengunjung, bahkan beberapa pasangan juga mengambil foto pascapernikahan di menara monumen Samudra pasai.
Mengingat sejarah panjang Kerajaan Samudra Pasai, Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Aceh Utara membentuk tim peneliti yang bergerak dalam Penelitian Konservasi, Pelestarian, dan Internalisasi Situs Malikussaleh, serta Implementasi gagasan menuju Living Museum Samudra Pasai.
Living museum adalah tata kelola dan pelaksanaan museum yang paling terbaru, relevan dengan konteks budaya pengguna dan dapat memberikan wawasan serta pengalaman bagi pengunjung museum seakan-akan mereka hidup dan mengalami sendiri zaman sejarah yang dipamerkan dalam museum.
Peneliti menyebutkan empat alasan signifikan yang menyebabkan Museum Samudra Pasai diharapkan dapat mengadopsi kebijakan “Living Museum”.
Pertama, Samudra Pasai merupakan kerajaan yang memiliki daya tarik pariwisata islami bagi masyarakat, mulai dari masyarakat lokal sampai masyarakat internasional karena sejarah kejayaannya yang mengagumkan dan mampu mengislamisasi sejumlah masyarakat di kawasan Asia Tenggara.
Kedua, adanya daya tarik koleksi museum yang merupakan warisan budaya islam kerajaan Samudra Pasai. Museum Samudra Pasai memiliki sekitar 340 item yang terdiri atas filologika, etnografika, numismatika, dan historika. Ketiga, adanya situs-situs Makam Malikussaleh yang dekat dengan museum. Terakhir, masyarakat sekitar museum memiliki kesiapan mental dan ilmu pengetahuan.
Selain itu, Museum Islam Samudra Pasai terletak tepat di tengah-tengah lokasi tapak Kerajaan Samudra Pasai. Dengan demikian, sangat diharapkan Museum Islam Samudra Pasai dapat menerapkan kebijakan “Living Museum” sehingga sejarah gemilang Kesultanan Samudra Pasai dapat dirasakan secara nyata oleh para pengunjung.
Rombongan Mahasiswa Kunjungi Museum Pihak Museum Islam Samudra Pasai menerima kunjungan rombongan mahasiswa Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh, Senin, 18 Oktober 2021. Setelah itu, rombongan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh (Unimal), Selasa, 19 Oktober 2021.
Lalu, rombongan mahasiswa Finalis Unimal Bidikmisi Competition (UBC) 2021 yang berasal dari Unimal, Universitas Riau, Universitas Sulawesi Barat, Universitas Teuku Umar, Universitas Widyagama Malang, UIN Saifuddin Zuhri (Saizu) Purwokerto, Universitas Islam Riau, dan UIN Sultan Syarif Kasim (Suska) Riau, Rabu, 20 Oktober 2021.
Kunjungan tiga rombongan mahasiswa tersebut dalam rangka praktikum, kuliah, dan field trip. Rombongan mahasiswa Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry, misalnya, mereka melakukan praktikum arkeologi di situs arkeologi Kesultanan Islam Samudra Pasai, termasuk mengunjungi museum tersebut.
Materinya lebih kepada mengenal lebih dekat dan mengamati tinggalan arkeologis Samudra Pasai yang menjadi koleksi museum. Selain itu, rombongan mahasiswa mendiskusikan tinggalan sejarah tersebut bersama Kabid Kebudayaan Disdikbud, Nurliana NA, Duta Museum dan Kurator Museum Islam Samudra Pasai, Sukarana Putra. *Adv