Bangkit dari Tsunami, Pemuda Asal Aceh Ini Jadi Pebisnis Beromzet Rp 20 Miliar

Kisah Firmansyah, Bangkit dari Tsunami kini Jadi Pemuda Asal Aceh yang Beromzet Rp 20 Miliar. (ist)

(KANALACEH.COM) – Firmansyah tidak pernah membayangkan akan bertahan hidup usai selamat dari bencana Tsunami yang menerjang Aceh pada 2004 lalu. Berkat tangan dinginnya, dia berhasil membangun PT Amanah Karya Indonesia bersama rekannya, Khadafi.

Melalui kanal YouTube Pecah Telur, Firman, sapaan akrabnya, bercerita mengenai perjalanan hidup dan kariernya. Firman yang berasal dari Aceh memang menjadi salah satu korban tsunami hebat pada 2004 lalu.

“Kejadiannya waktu saya kelas 1 SMA, dan masih umur segitu belum tahu kenapa orang-orang teriak ‘air surut, air surut’, kenapa orang-orang pada berlarian, itu ketika gempa yang sangat kencang sampai akuarium airnya tinggal setengah,” ungkapnya seperti dikutip dari IDXChannel, Rabu (18/5).

Firmansyah merupakan anak ke-7 dari 8 bersaudara. Ayahnya tinggal di Meulaboh dan 2 orang kakaknya berada di Jakarta dan Batam. Ketika tsunami menghantam Aceh, Firman terpisah dari keluarganya.

Dirinya sempat pasrah karena sudah terbawa gelombang air yang dahsyat dan sekarat. Namun keajaiban datang, Firman selamat dengan dibantu seorang tunarungu yang berlindung di atap rumah warga.

“Ketika tenggelam, saya baca surah-surah Alquran pendek yang saya hafal. Anehnya, saya merasa nggak kesulitan bernafas di dalam air ketika tenggelam. Dan ketika saya terbawa ombak, saya minta tolong ke orang di atas atap rumah, dia tuli, tapi setelah saya panggil dia seperti mendengar dan membantu saya naik,” ungkapnya.

Setelah selamat, kakaknya yang berasal dari Jakarta dan Batam menjemput dan merawatnya. Singkat cerita, setelah kondisi membaik, Firman melanjutkan sekolah dan bekerja sebagai staf IT di salah satu bank syariah terkemuka di Indonesia.

Kala itu, Khadafi yang juga bekerja sebagai staf IT di suatu perusahaan berniat mendirikan perusahaan software consultant. Khadafi mengajak Firman sebagai partnernya dan mereka memulai bisnis tersebut dari nol dengan modal Rp5 juta.

“Ketika Khadafi fokus di Amanah, saya masih bekerja. Jadi saya main 2 kaki. Akhirnya konsentrasi saya buyar. Dan saya memutuskan untuk resign meskipun grade saya diusulkan naik, meskipun banyak dipertanyakan,” pungkasnya.

Proyek terbesar mereka saat merintis startup adalah ketika menghandle permintaan klien dari travel agent dengan nilai Rp250 juta. Klien Amanah juga tidak berasal dari tender, namun kebanyakan dari mulut ke mulut.

“Kami tidak menerima permintaan produk yang diharamkan Islam, lalu mengikuti tender yang berbau-bau suap. Kami enggak menerapkan prinsip yang menyalahkan agama. Transaksi dan deposit nasabah itu juga nggak diapa-apakan, menjaga agar tetap amanah,” ujar Firman.

Selain proyek dari klien, Amanah juga memiliki layanan Bisatopup, yaitu platform yang menyediakan pembelian pulsa online, token PLN, tagihan online, voucher game dengan harga yang lebih terjangkau dari harga pasar.

“Saat ini, Bisatopup sudah memiliki 600 ribu transaksi per bulan, dan omzetnya Rp20 miliar per bulan dengan total 200 ribu lebih. Kami tidak bekerja dengan investor, dan tidak mengambil investor, karena kita ingin fokus menjadi perusahaan muslim,” ungkap Khadafi.

Firman mengatakan, keputusannya dan Khadafi mengembangkan Amanah tidak semata hanya mencari keuntungan, namun menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang.

“Bisnis itu tidak hanya memikirkan untung dan rugi, tapi harus memikirkan dunia dan akhirat,” tandasnya.

Related posts