Mengenal Fenomena BDS, Gerakan Boikot Perusahaan Pendukung Israel

(Dok Foto: Dailypost)

(KANALACEH.COM) – Gerakan BDS yang merupakan akronim dari Boycott, Divestment, Sanctions terhadap Israel dan para pendukungnya, kini populer dan menggema di berbagai negara.

BDS merupakan ajakan untuk tidak memboikot, memutus investasi dan memberi sanksi kepada perusahaan-perusahaan yang terafiliasi maupun mendukung Israel.

Gerakan ini menjadi bentuk dukungan warga dunia untuk rakyat Palestina, serta cara menekan Israel agar menghentikan agresinya di Jalur Gaza. Caranya, dengan menjegal bisnis perusahaan atau organisasi yang terafiliasi dengan Israel.

Meski kini ramai lagi, kampanye BDS terhadap Israel sebenarnya sudah lahir jauh sebelum pecahnya gempuran Hamas vs Israel pada 7 Oktober 2023. Gerakan ini sudah tercetus pada Juli 2005, dan dikoordinasikan oleh Komite Nasional BDS Palestina (BNC).

Ketika kampanye BDS pertama kali diluncurkan, terdapat lebih dari 170 organisasi dan lembaga non-pemerintah Palestina yang berpartisipasi.

Melansir situs resmi BDS Movement, BDS kini menjadi gerakan global yang diinisiasi oleh berbagai lapisan masyarakat, termasuk serikat buruh, asosiasi akademis, dan organisasi yang bersuara untuk hak-hak rakyat Palestina.

Gerakan BDS menggunakan metode boikot, yang secara historis terbukti berhasil. BDS secara strategis berfokus pada kegiatan memboikot beberapa perusahaan dan produk, yang dampaknya besar basi Israel.

BDS terinspirasi oleh gerakan anti-apartheid di Afrika Selatan. Tujuan utama kampanye BDS adalah memberi tekanan kepada Israel agar mengakhiri pendudukannya atas Palestina.

Jalur pertama yang ditempuh adalah melalui boikot, yakni melibatkan penarikan dukungan terhadap Israel dan perusahaan-perusahaan negara tersebut maupun yang terafiliasi, yang terbukti melakukan pelanggaran HAM terhadap rakyat Palestina.

Dengan mendesak perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan Israel, aktivis BDS berharap korporasi tersebut akan mengakhiri keterikatan dengan Israel.

Upaya gerakan BDS juga dilakukan demi meminta pertanggungjawaban dari semua perusahaan dan institusi yang mendukung penjajahan Israel di Palestina.

Situs resmi BDS Movement menyebutkan tiga bentuk gerakan mereka.

Pertama, target boikot oleh konsumen. Gerakan BDS menyerukan boikot total perusahaan dan produk yang terlibat dalam pelanggaran HAM yang dilakukan Israel di Palestina.

Kedua, target divestasi. Gerakan BDS mendesak bank, produsen senjata dan lembaga akademis untuk menarik investasi ke Israel dan perusahaan terafiliasi. Langkah ini diambil sebagai bentuk tekanan ekonomi terhadap entitas yang terlibat dalam konflik di Palestina.

Ketiga, sanksi. Sanksi adalah kampanye untuk menekan pemerintah untuk mengakhiri perdagangan militer dan perjanjian perdagangan bebas dengan Israel.

Kampanye ini juga ditujukan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar menangguhkan keanggotaan Israel. Sanksi bertujuan memberikan tekanan politis agar tindakan penindasan terhadap Palestina segera dihentikan.

Gerakan BDS juga telah memisahkan target perusahaan yang diboikot ke dalam empat kategori. Pertama, target boikot konsumen dengan memboikot total perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam pelanggaran HAM yang dilakukan Israel. Sasaran boikotnya antara lain Siemens, PUMA, Carrefour, AXA, Hewlett Packard Inc (HP Inc), SodaStream, Ahava, dan RE/MAX.

Siemens merupakan perusahaan kontraktor utama untuk Euro-Asia Interconnector, kabel listrik bawah laut Israel-Uni Eropa. Koneksi ini direncanakan menghubungkan permukiman ilegal warga Israel di wilayah Palestina, ke Eropa. Sementara PUMA diketahui mensponsori Asosiasi Sepak Bola Israel. [CNN]

Related posts