Mengenal Lebih Dekat Desa Wisata Lubok Sukon

(dok. jadesta)

Aceh Besar (KANALACEH.COM) – Di tengah hiruk pikuk dunia modern, tersembunyi sebuah desa di Aceh Besar bernama Lubuk Sukon. Desa ini bukan sekadar hamparan tanah dan rumah, tapi denyut jantung tradisi yang kian langka dan denyut nadi gotong royong yang tak kunjung padam.

Desa ini ditetapkan sebagai Desa Wisata pada 15 Oktober 2012 silam, dan kini menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Aceh. Keunikan Desa Wisata Lubuk Sukon terletak pada keasriannya. Pagar hidup dan pepohonan menghiasi bagian depan mayoritas rumah warga. Suasananya sejuk dan nyaman, jauh dari hiruk pikuk kota.

Untuk menuju ke Desa Wisata Lubuk Sukon, wisatawan yang datang dari luar Aceh bisa menggunakan pesawat terbang dan mendarat di Bandara Internasional Sultan Iskandar, Aceh Besar. Kemudian dari bandara menggunakan transportasi umum dengan waktu tempuh hanya sekitar 16 menit menempuh jarak 10 kilometer.

Saat berkunjung ke Desa Wisata Lubuk Sukon, wisatawan dapat menikmati berbagai aktivitas menarik. Salah satunya adalah menyaksikan pertunjukan tarian adat Aceh. Tarian-tarian tersebut ditampilkan oleh para penari yang berasal dari desa setempat.

Wisatawan juga dapat berkeliling desa dengan menggunakan sepeda atau berjalan kaki. Selama berkeliling, wisatawan akan disuguhkan dengan pemandangan rumah-rumah adat Aceh yang unik dan menawan.

Rumoh Aceh lebih dari sekadar hunian; ia simbol kearifan lokal, harmoni dengan alam, dan warisan leluhur. Rumah panggung ini tak ubah dari perisai yang melindungi dari banjir dan gempa, dan ruang lapang di bawahnya menjadi panggung untuk bergotong royong, berdendang, dan berbagi cerita.

Meski modernisasi menggeliat, tak semua terbius. Ada 40-an Rumoh Aceh yang berdiri tegap, meski yang asli tak lebih dari 10. Seorang warga Lubok Sukon, Azwar, bermimpi mengembalikan kejayaan rumah adat ini.

“Kami mau cari rumbia lagi, kembalikan atap-atap yang hilang,” katanya.

Selain itu, wisatawan juga dapat mencoba berbagai permainan tradisional Aceh di desa ini. Permainan-permainan tersebut akan membawa wisatawan kembali ke masa lalu dan merasakan suasana pedesaan yang kental.

Wisatawan juga dapat mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di desa, di antaranya Museum Rumah Adat Aceh Cek Mad Rahmany dan Museum Rumah Mantan Gubernur Abdullah Muzakkir Walad.

Cek Mad Rahmany merupakan tokoh kelahiran Desa Wisata Lubuk Sukon angkatan pertama yang ikut pendidikan militer di Yogyakarta.

Sementara itu, Abdullah Muzakkir Walad merupakan Gubernur Aceh periode 1968-1978 yang juga lahir di Desa Wisata Lubuk Sukon.

Wisatawan yang ingin menghabiskan waktu lebih lama di Desa Wisata Lubuk Sukon bisa menginap di Homestay Balai Putroe Phang dan Mida Homestay. Kedua penginapan tersebut bertarif mulai Rp 100.000.

Di Lubuk Sukon, gotong royong bukan sekadar slogan, tapi denyut nadi kehidupan. Saat ada hajatan, bukan hiruk pikuk pekerja bayaran yang terdengar. Lelaki dewasa di sana memasak sayur kuah belanga dalam wajan raksasa, perempuan menyiapkan lauk pauk, dan pemuda sigap mencuci piring.

“Tak ada yang berpangku tangan,” ujar Azwar. “Anak muda bantu cuci, ibu-ibu masak, laki-laki yang tak sanggup angkat beban, mereka yang masak.”

Ini bukan sekadar tradisi turun-temurun, tapi ikatan yang menjaga keharmonisan dan meringankan beban. Saat ada yang sakit, tetangga berdatangan dengan makanan dan bantuan. Saat ada yang berpulang, desa larut dalam duka bersama.

Menurutnya, Lubuk Sukon bukan hanya desa berbalut tradisi dan gotong royong, tapi juga desa nir kekerasan. Di sini, tak terdengar teriakan anak-anak yang ketakutan, tak ada suara cekcok yang memecah senja.

Beberapa waktu lalu, Desa Lubuk Sukon meraih juara harapan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023. Hadiah itu diterima Pj Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto dalam acara Malam Anugerah Desa Wisata Indonesia tahun 2023 di TMII Jakarta.

“Gampong Lubok Sukon meraih juara harapan untuk kategori Kelembagaan Desa Wisata dan CHSE. Sebuah prestasi yang juga patut kita banggakan dan kita syukuri,” jelasnya.

Meski sudah akrab dengan wisatawan, promosi desa wisata ini masih terus dilakukan. Di sana pernah digelar Festival Lubok Sukon.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal menyampaikan, festival desa wisata tersebut merupakan serangkaian kegiatan yang diselenggarakan dengan tujuan mempromosikan desa-desa wisata yang ada di Aceh.

“Sebagai salah satu strategi promosi pariwisata, kegiatan festival merupakan event yang banyak digelar dengan tujuan untuk promosi kebudayaan dan destinasi pariwisata suatu daerah,” jelas Almuniza.

Menparekraf Sandiaga Uno berpesan agar masyarakat Lubuk Sukon senantiasa menjaga dan melestarikan tradisi budaya Aceh serta keasrian alam yang ada di dalamnya.

“Tolong dijaga kelestarian budayanya, karena inilah daya tariknya dan semoga ini juga bisa menciptakan lapangan kerja lebih banyak. Sehingga (wisatawan) yang datang di Aceh bisa mampir ke Desa Wisata Lubuk Sukon dan masyarakat desanya bisa membuat begitu banyak atraksi agar terbuka peluang usaha dan lapangan kerja,” katanya.

Dengan keindahan alamnya, keramahan penduduknya, dan berbagai aktivitas menarik yang ditawarkan, Desa Wisata Lubuk Sukon menjadi destinasi wisata yang wajib dikunjungi saat berlibur ke Aceh.

Related posts