Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Belasan ribu atlet dan official dari penjuru Nusantara hadir di Provinsi Aceh untuk mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut Tahun 2024. Dari jumlah itu mereka datang dari suku, agama dan budaya yang berbeda.
Sebelum tiba di Aceh, sebagian mereka menganggap Aceh jadi daerah yang menutup diri dengan agama lain selain muslim. Bahkan diantaranya ada yang sudah menyiapkan pakaian khusus yang tidak terlalu ketat agar tidak ditegur setibanya di Aceh.
Seorang atlet dance sport internasional asal Kalteng, Dody Andreas mengaku sudah sepekan lebih di Banda Aceh. Selama itu ia tidak merasakan sama sekali adanya tekanan meskipun dia beragama non-muslim. Menurutnya sikap toleransi di Aceh cukup tinggi dan baik.
“Kami nyaman selama di sini. Tidak ada (gangguan-gangguan), toleransi di kota ini cukup tinggi. Saya minggu kemarin juga beribadah, aman-aman saja. Jadi ini seperti yang tidak kita bayangkan sebelumnya,” kata Dody, Senin, 09 September 2024.
Menurutnya stigma soal Aceh yang menutup diri itu terbantahkan. Apalagi saat defile pembukaan PON 2024 di Stadion Harapan Bangsa, tidak ada larangan dari panitia untuk tidak menggunakan pakaian adat masing-masing yang sedikit terbuka.
Sehingga pihaknya yang mengikuti parade pembukaan PON dari Kalteng bisa bebas menggunakan pakaian adat. Dari situ, Dody mengetahui bahwa Aceh masih menjunjung tinggi toleransi dari adat dan agama.
“Ya itu saat defile itu kan kita ada yang tidak pakai jilbab ya karena ada non-muslim juga, ya aman-aman saja, warga juga banyak yang minta foto mereka senang,” ucapnya.
Dody juga memuji soal keamanan di Aceh meskipun sudah larut malam. Kata dia, tidak ada keributan dan warga di sini juga menghormati mereka. Sehingga ia mengatakan bahwa Aceh jadi tempat yang nyaman bagi pendatang. Ia juga menyebut kuliner dan tempat wisata di Aceh sangat indah.
Hal yang sama juga disebutkan oleh peserta defile pembukaan PON asal Kalteng, Aquela Kanaya. Meski tidak menggunakan hijab karena non-muslim, dia sama sekali tidak pernah ditegur meskipun sudah beberapa kali bepergian ke lokasi kuliner, tempat wisata dan ke venue.
“Sejauh ini tidak ada teguran untuk memakai hijab, semua orang disini baik dan saling mengerti,” kata Aquela.
Ia juga memuji kuliner tradisional dan kopi Aceh yang menurutnya enak dan pas di lidahnya. “Kulinernya enak-enak, kopinya juga saya sudah beberapa kali juga nyobain,” ujar Aquela yang mengaku baru pertama kali ke Aceh.
Memuliakan Tamu
Kepala Kanwil Kemenag Aceh, Drs H Azhari tak menampik bahwa masyarakat Aceh sangat menjunjung tinggi sikap toleransi beragama kepada siapapun yang berada di Tanah Rencong. Menurutnya hal itu juga sesuai ungkapan adat-istiadat Aceh yaitu ‘Peumulia Jamee Adat Geutanyoe’.
Meski Aceh dikenal dengan Serambi Mekkah dan pelaksanaan syariat islam yang begitu kental, namun warga juga sangat bersikap toleran ketika ada tamu yang datang ke Aceh.
“Kondisi Aceh yang begitu ramah, begitu adat-istiadatnya memuliakan tamu. Kemudian masyarakat Aceh sangat sopan, sangat moderat dalam hal menerima tamu dan menyesuaikan diri dengan perkembangan adat budaya,” kata Azhari.
Dalam perhelatan PON 2024 ini banyak atlet maupun official yang datang dengan agama yang berbeda-beda lalu disambut dengan suka cita oleh warga Aceh. Hal itu terlihat hingga kini warga menghormati dan menghargai meskipun beda keyakinan.
“Dalam perhelatan PON ke-21 ini berbagai provinsi hadir, dari seluruh Indonesia, tentu dengan ragam budaya, sikap, agama hadir di Aceh. Jadi masyarakat Aceh sangat memahami itu. Masyarakat Aceh sangat menerima tamu dengan berbagai etnis yang datang di Aceh,” ujarnya.
Bahkan sebelum bergulirnya PON Kemenag Aceh sudah menyampaikan saran, pesan melalui penyuluh dan penghulu untuk menyampaikan pesan tentang ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah.
“Artinya saling menguatkan, saling menghormati, saling meningkatkan rasa persaudaraan satu sama lain karena kita satu bangsa, dan toleransi atau kehidupan bersama di antara umat manusia,” ungkapnya.
Azhari berharap dengan adanya kegiatan olahraga multicabang ini bisa dijadikan ajang untuk saling tukar informasi, menjalin silaturahmi dan diskusi untuk menyampaikan informasi dari daerah masing-masing.
“Sehingga dengan event ini bisa meningkatkan kinerja kita, persahabatan, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariah dan juga memahami budaya di masing-masing daerah,” harapnya.
Kuliner Halal
Azhari memastikan semua produk makanan yang dijual di venue-venue PON, café maupun warung di Aceh halal. Sehingga ia mengajak para kontingen yang muslim untuk tidak ragu mencicipi makanan yang disediakan.
Apalagi Kemenag Aceh sebelum PON dimulai sudah mendorong agar pelaku UMKM, khususnya yang memiliki produk makanan untuk mengurus sertifikasi halal untuk menjamin agar warga maupun tamu yang datang tidak ragu untuk mencicipi makanan di Aceh.
“Kita dari Kementerian Agama sudah jauh-jauh hari mendorong seluruh UMKM, supaya yang sifatnya produk makanan mengurus sertifikat halal untuk menjamin bahwa masyarakat atau tamu yang datang tidak ragu. Tapi perlu kami sampaikan bahwa semua makanan yang dijual di Aceh itu dijamin halal,” katanya. ***