PT Flora Agung Bangun Pabrik Minyak Goreng di Aceh

CEO PT Flora Agung, Ivansyah. (Kanal Aceh/Randi)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – PT Flora Agung perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis, peternakan, trading, logistic, konstruksi hingga industri hilir sawit akan membangun pabrik minyak goreng di Aceh.

Lokasi yang dipilih yaitu di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun untuk tahap pertama. Pembangunan pabrik minyak goreng ini jadi yang pertama dilakukan di Aceh mengingat bahan baku cukup melimpah di tanah rencong.

CEO PT Flora Agung Ivansyah mengatakan, nilai investasi yang akan dikeluarkan pihaknya untuk pembangunan ini senilai Rp 150 miliar. Untuk tahap selanjutnya pihaknya akan membangun refinery agar produksi minyak goreng bisa bertambah.

“Pertama kita bakal bangun pabrik minyak goreng dulu, itu investasinya sekitar Rp150 miliar itu sudah kita kerjasama dengan KEK, dan nanti ada tandatangan, insyaallah 60 hari ke depan selesai,” kata Ivansyah disela audiensi PT Flora Agung dan Pemerintah Aceh, Rabu, 30 April 2024.

Terkait pembangunan refinery, nilai investasi yang dibutuhkan untuk 1 lokasi sekitar Rp 1,5 triliun untuk bisa mendongkrak produksi minyak goreng 1.500 ton per hari.

Hanya saja, untuk tahap awal pihaknya fokus ke pembangunan pabrik minyak goreng terlebih dahulu. Dan peletakan batu pertama akan dilaksanakan bulan depan.

“Lokasi di Kek Arun, bulan depan kita sudah mulai peletakan batu pertama. Untuk lokasi memang butuh revitalisasi karena kita utamakan aset yang sudah ada dan kawasan yang sudah ada izin. jadi bukan dari nol lagi,” katanya.

Sementara itu Asisten I Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Azwardi, mewakili Gubernur Aceh, Muzakir Manaf mengungkapkan apresiasi atas ketertarikan PT Flora Agung terhadap sektor strategis di Aceh dan membuka ruang kolaborasi untuk mempercepat pembangunan ekonomi daerah.

“Pertemuan ini menjadi bagian penting dari strategi kami dalam menjalin kemitraan dengan dunia usaha nasional. Kami percaya bahwa pembangunan Aceh yang inklusif hanya bisa dicapai melalui kolaborasi yang erat antara pemerintah dan sektor swasta,” ujar Azwardi.

Azwardi menjelaskan, Aceh memiliki luas areal perkebunan mencapai 1,17 juta hektar dengan 22 komoditas unggulan. Di antaranya kelapa sawit, kopi arabika dan robusta, karet, nilam, dan pala.

Komoditas kelapa sawit menjadi yang paling dominan, dengan produksi Crude Palm Oil (CPO) mencapai lebih dari 808 ribu ton pada 2023 dari 73 pabrik yang tersebar di 12 kabupaten/kota.

Namun demikian, nilai tambah dari industri hilir sawit di Aceh dinilai masih sangat minim. Untuk itu, Pemerintah Aceh telah menyiapkan lahan dan skema pembangunan pabrik mini CPO serta pabrik turunan seperti minyak goreng, terutama di Nagan Raya dan Subulussalam.

Dengan adanya pabrik, diharapkan stabilitas harga lebih terjaga, petani sejahtera, dan pusat pertumbuhan ekonomi baru muncul di daerah-daerah penghasil komoditi dimaksud.

Related posts