Atasi Krisis Ekonomi, BI Fokus Pengembangan UMKM

Banda Aceh (kanalaceh.com) – Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas mengatakan, krisis ekonomi yang terjadi sekarang bisa diatasi dengan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Hal itu diungkapkan Deputi Gubernur BI Ronald Waas kepada wartawan usai serah terima jabatan Kepala BI perwakilan Aceh, di aula kantor BI perwakilan Aceh, Selasa (20/10) di Banda Aceh.

Sertijab Kepala Kantor Perwakilan BI Aceh dipimpin oleh Deputi Gubernur BI Ronald Waas. Kepala kantor Perwakilan BI Aceh yang baru dijabat Ahmad Farid yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala kantor perwakilan lhokseumawe, sedangkan Zulfan Nukman dipindahkan menjadi Kepala Devisi Kantor Perwakilan BI Provinsi Bali.

Ronald menjelaskan, saat ini Bank Indonesia sendiri sudah mempuyai program-program pengembangan sektor riil dan UMKM melalui pola klaster untuk menekan krisi ekonomi yang terjadi di Indonesia. “Karena UMKM sudah membuktikan bahwa krisis itu bisa dilalui kalau kita memperkuat lampisan sandi UMKM, karena usaha kecil ini lebih tahan banting dibandingkan dengan usaha yang besar-besar,”jelasnya.

“Nah, tinggal bagaimana kita mengarahkan para pengusaha untuk mengunakan komoditas-komoditas dalam negeri, karena selama ini mereka tergantung pada komoditas-komoditas bahan alam, bahan mentah dari luar negeri. Itu untuk mengeser ekonomi Negara kita kedepan,”ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Departemen Pengembangan UMKM BI, Yunita Resmi Sari mengatakan, yang menumbuh kembangkan UMKM bukan hanya Bank Indonesia saja, tapi banyak instansi dan pihak lainnya.

“Namun, bantuan yang diberikan BI dalam rangka mencapai tugas-tugas Bank Indonesia yaitu pengedalian laju inflasi, stabilitas dan keuangan,”ujar Yunita.

Dikatakan, dalam rangka pengendalian inflasi ini kami membagun klaster-klaster UMKM di Indonesia, termasuk di provinsi Ace. ”Kalau di
Aceh ada beberapa klaster untuk ketahanan pangan yaitu klaster bawang merah,”jelasnya.

Selain itu juga pihaknya membagun industry-industri lainnya, misalnya industry kerajinan dan sebagainya, sehingga menjadi sumber ekonomi baru di daerah.

Terkait total bantuannya, kata Yunita tergantung kebutuhan masing-masing provinsi, kalau bantuan dari BI sendiri lebih focus pada pembinaan dan pelatihan bagi para pengusaha. “Itu lebih penting dari pada memberikan uang, karena setelah memberikan uang mereka tidak membuat usaha apa-apa,”sebutnya.

“Kalau memang setelah dilakukan pelatihan, dan memberikan membutuhkan alat atau infrastrur baru kita berikan bantuan berupa barang tersebut yang kita kemas dalam program social Bank Indonesia,”kata Yunita.(T.Irawan)

Related posts