Pamer Dughok, Pengunjung Padati Stan Aceh

Ketua TP PKK Aceh, Hj Niazah A Hamid didampingi Kepala BPKLuh Aceh, Iskandar Idris saat meninjau stan Aceh di arena cipta menu Hari Pangan Sedunia (HPS) di Palembang, Minggu (1810). foto tribunnews.com
  • Pameran Hari Pangan Se-Dunia (HPS) di Jakabaring Sport City, Palembang,

BANDA ACEH – Pengunjung memadati Stan Pemerintah Aceh pada hari pertama dan kedua Pameran Hari Pangan Se-Dunia (HPS) di Jakabaring Sport City, Palembang, Sumatera Selatan. Pameran yang dimulai Sabtu (17/10) akan berakhir besok, Selasa (20/10).

“Para pengunjung terlihat antusias menyaksikan aneka produk pangan asli Aceh, seperti olahan janeng, dughok, kueh bhoi, ungkoet keumamah, lele bumbu lada, dan lain-lain,” kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Aceh, Ir H Iskandar Idris M,Si kepada Serambi, Minggu (18/10).

Selain itu, kata Iskandar, banyak pengunjung juga bertanya tentang mie aceh dan resep masakan khas tertentu asal tanah rencong. Pada pameran ini, kata Iskandar juga daiadakn seminar, dan lomba cipta menu yang Pemerintah Aceh juga terlibat partisipasi dalam acara ini. Adapun tema HPS di Palembang itu adalah “Perlindungan Sosial dan Pertanian Memutus Siklus Kemiskinan”.

Seperti diketahui, Hari Pangan se-Dunia diperingati setiap, 16 Oktober sesuai tanggal berdirinya FAO (Badan PBB yang mengurus bidang Pangan) 70 tahun silam dengan tujuan untuk menjamin ketersediaan pangan global.

Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Aceh, Ir Iskandar Idris yang hadir mendampingi Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Niazah A Hamid, di sela-sela acara itu mengakui masalah pangan global akan berdampak langsung di dalam Negeri.

Karena itu, meski Aceh hingga saat ini masih surplus produksi padi, bahkan mampu menyuplai stok pangan nasional, Pemerintah dan masyarakat Aceh terus fokus dan beradaptasi dengan berbagai isu, karena masalah pangan bukan hanya soal produksi saja, tapi justru yang sangat serius terkait pemerataan, keanekaragaman dan keamanan konsumsi.

“Jadi kita terus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas atau jumlah penyuluh sebagai guru para petani, di samping sosialisasi keamanan pangan segar juga sangat urgen. Masyarakat harus peka karena pangan yang berbahaya tidak terlihat kasat mata di meja makan,” tambahnya. []

Sumber: aceh.tribunnews.com

Related posts