Nurdin Juned, Petani Berdasi Dari Saree

Nurdin Juned, Petani Berdasi di Pegunungan Saree
Nurdin Juned memperllihatkan salah satu mesin pengolah pakan ternak di pabriknya. Foto: khairul

Saree (Kanalaceh.com) – Pakan ternak ayam produksi Nurdin mempunyai merek “Seulawah”. Sementara konsentrat lembu mempunyai merek “Gold Feed”. Rata-rata dia memproduksi 130 ton per bulan dengan karyawan 3 orang.

HARGA jual jagung di pasaran yang rendah telah mengubah nasib Nurdin Juned (35) dari petani biasa menjadi pengusaha agroindustri. Nurdin membina 80 petani melalui kelompok tani “Sejahtera Baru” di Gampong Aceh, Saree, Aceh Besar. Pada 2011 Nurdin bersama teman-reman petani lainnya mendapat dukungan dari Bank Indonesia (BI).

“Awalnya BI memfasilitasi kami petani jagung dengan dinas-dinas terkait serta calon pembeli. Intinya, kami menanam jagung dan pembeli siap menampungnya,” kata Nurdin kepada Tabangun Aceh di rumahnya di Gampong Aceh, Saree, Sabtu (17/10/2015).

Awalnya, petani jagung yang tergabung dalam kelompok “Sejahtera Baru” sangat bersemangat menyambut terobosan BI. Mereka menanam jagung di kebun masing-masing dengan hayalan pasti sudah ada pembeli dengan harga tinggi.

“Namun saat panen keadaan tidak seperti yang dibayangkan. Buyer dari Jantho hanya menghargai jagung kami Rp 1.800 per kg, jauh di bawah harga Medan yang mencapai Rp 2.350. Tentu kami kecewa,” cerita alumnus SPP Lhokusukon ini.

Menyikapi hal itu, anggota kelompok tani “Sejahtera Baru” duduk membahasnya, Mereka keberatan melepas jagung dengan harga murah. Mereka memberi mandat pada Nurdin untuk mencari jalan keluarnya.

Lalu, Nurdin memutar kepala. Dia mengamati keadaan di lapangan kebutuhan pakan ternak dari jagung sangat tinggi. Untuk membantu kawan-kawan petani jagung, maka dia memberanikan diri untuk membuka pabrik pengolah pakan ternak.

“Alhamdulillah, sejak saat itu saya membuka pabrik pakan ternak dari jagung. Saya menampung jagung petani dengan harga Rp. 2.650 per kg,” ujar pria yang menikahi gadis Saree pada 2006.

Kendala berikutnya datang. Saat Nurdin menawarkan produknya ke pedagang di Banda Aceh, ternyata mereka semua sudah punya pemasok masing-masing dari Medan. “Lalu saya tawarkan kepada mereka untuk mencoba produk kami saat ketersediaan stok lama sudah habis, dan mereka setuju. Selain-selain itu, saya juga mencari toko-toko kecil untuk menampungnya,” katanya.

Setelah melalui masa-masa sulit dalam mencari pasar, kini usaha pakan ternak milik Nurdin cs sudah memiliki langganan. “Bahkan, sering datang pesanan besar dari luar kota,” katanya.

Petani jagung binaan Nurdin mencapai 80 orang dengan luas areal sekitar 50 ha. Per hektar menghasilkan panen 4 ton, dan dalam setahun dua kali panen. Nurdin selalu menampung jagung petani dengan harga wajar, bahkan tergolong tinggi. Selain dari anggota kelompoknya, dia juga siap menampung jagung dari petani lain.

Pakan ternak ayam produksi Nurdin mempunyai merek “Seulawah”. Sementara konsentrat lembu mempunyai merek “Gold Feed”. Rata-rata dia memproduksi 130 ton per bulan dengan karyawan 3 orang.

“Pakan ternak kami mampu bersaing dengan produk manapun, baik dari segi kualitas maupun harga. Kalau punya produk lokal yang berkualitas mengapa mesti bersusah payah cari produk dari luar,” pesan Nurdin yang siap dihubungi lewat nomor HP 082390712888.

Dari usaha pakan ternak ini Nurdin mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Istri dan dua anak kecil tampak hidup dalam kondisi berkecukupan. Rumah panggungnya nan asri di pegunungan plus satu unit mobil mewah terparkir di sisi kiri membuat pemandangan makin indah. Keberanian dan terobosan telah mengubah nasib Nurdin dari petani biasa menjadi petani berdasi. []

Sumber: Tabangun Aceh

Related posts