Mitos gerhana matahari dari seluruh dunia

Mitos gerhana matahari dari seluruh dunia
Gerhana matahari total (Getty Images)

Jakarta (KANALACEH.COM) – Fenomena alam dapat menjadi sumber inspirasi yang menghasilkan mitos-mitos masyarakat di seluruh dunia. Sebelum ada penjelasan ilmiah, gerhana matahari membuat banyak orang menciptakan kisah tentang serigala, anjing, penculikan, hingga perang antara matahari dan bulan. Berikut beberapa mitos tersebut seperti yang dirangkum Tempo dari Kids Eclipse.

Hewan menelan benda langit
Bagi banyak masyarakat kuno, tak tampaknya matahari disebabkan adanya sejenis hewan atau makhluk gaib yang menelan bintang raksasa ini.

Dalam legenda bangsa Viking, hewan tersebut adalah serigala. Mereka beranggapan, di angkasa sana, ada dua ekor serigala yang masing-masing mengejar bulan dan matahari. Gerhana matahari atau pun bulan, terjadi lantaran salah satu hewan berhasil menangkap benda langit ini.

Lain lagi di Vietnam. Masyarakatnya mempercayai saat gerhana, bulan atau matahari ditelan oleh seekor katak atau kodok raksasa.

Untuk mengusir hewan-hewan mistis yang mengancam matahari atau pun bulan ini, masyarakat setempat banyak melakukan ritual khusus. Seperti memainkan musik keras-keras yang diiringi tarian, supaya hewan ketakutan dan memuntahkan kembali benda langit yang menyinari bumi itu.

Penculikan matahari
Bagi masyarakat Korea Selatan, gerhana matahari disebabkan upaya penculikan benda langit tersebut oleh anjing-anjing api. Seorang raja yang serakah memerintahkan hewan mistis ini untuk membawa matahari ke istananya.

Meski sering gagal, namun anjing-anjing ini tetap berupaya untuk menggigit matahari. Bagian matahari yang gelap, bagi masyarakat Korea, merupakan dampak gigitan makhluk ajaib ini.

Dalam peradaban yang lebih tua, penganut Hindu memiliki kisahnya sendiri. Gerhana bulan dan matahari disebabkan adanya iblis raksasa bernama Rahwana. Ia menyamar menjadi Dewata untuk mendapatkan ramuan rahasia keabadian. Matahari dan bulan mengungkap rencana licik ini kepada Dewa Wisnu.

Sang Dewa lekas memotong kepala raksasa jahat itu sebelum ramuan keabadian melewati tenggorokannya. Rahwana akhirnya memiliki kepala yang abadi, sementara tubuhnya tak lagi bernyawa.

Raksasa ini menaruh dendam pada dua benda langit yang menghancurkan rencananya, dan menghabiskan hidup abadinya untuk mengejar dan menelan mereka. Waktu gerhana dianggap sebagai saat Rahwana berhasil menelan matahari atau bulan. Namun, karena tenggorokannya bolong, keduanya lolos lagi dan kembali ke langit. Mitos serupa juga menjadi cerita rakyat di Indonesia.

Pertengkaran dan perdamaian
Bagi suku Batammaliba di Afrika, gerhana matahari atau bulan terjadi lantaran keduanya tengah berperang di langit sana. Maka, setiap gerhana terjadi, anggota suku melakukan ritual untuk mendamaikan keduanya kembali agar kegelapan segera berlalu.

Namun, sesungguhnya gerhana matahari bukanlah suatu kejadian mistis. Menurut Permana Permadi, dosen astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB), ini adalah fenomena alam di mana matahari, bulan, dan bumi berada dalam posisi segaris, hingga terjadilah gerhana.

Indonesia berkesempatan untuk menyaksikan Gerhana Matahari Total (GMT) dari beberapa titik seperti Ternate dan Poso. GMT yang diprediksi terjadi pada 9 Maret 2016, merupakan fenomena unik yang hanya terjadi 40 tahun sekali.

Fenomena ini menjadi momen paling ditunggu wisatawan minat khusus dan peneliti astronomi untuk mendatangi daerah yang menjadi titik perlintasan gerhana matahari total. [Tempo]

Related posts