Pembocor Panama Papers angkat bicara, tolak tuduhan mata-mata

Ilustrasi Panama Papers (panamapapers.icij.org)

Jakarta (KANALACEH.COM) – Pembocor dokumen Panama Papers akhirnya angkat bicara kepada media Jerman, Sueddeutsche Zeitung, SZ. Tokoh yang nama aslinya tidak diungkapkan itu menyatakan bahwa motifnya membocorkan jutaan dokumen milik firma hukum Mosack Fonseca itu adalah karena dokumen itu memperlihatkan “skala ketidakadilan” yang sangat besar.

Melansir Reuters, dalam laporan SZ pada Jumat (6/5), disebutkan bahwa sang pembocor Panama Papers, menyebut dirinya “John Doe,” menulis sebuah manifesto sepanjang 1.800 kata.

“Sekarang John Doe, sang sumber anonim, memberikan SZ sebuah manifesto, untuk mengetahui alasan dari tindakannya, dan sebagai seruan agar kita bertindak,” tulisnya.

Sang pembocor belum pernah secara terbuka menyatakan alasan mengapa dia membocorkan jutaan dokumen yang mengungkapkan harta dan investasi tersembunyi para pemimpin dan pesohor dunia itu.

Dalam sebuah manifesto yang dipublikasikan di situs SZ pada Jumat (6/5), sang pembocor memuji sejumlah pembocor lain yang berani mengungkapkan berbagai dokumen rahasia, termasuk Edward Snowden, yang membocorkan program intelijen Badan Keamanan Nasional AS, NSA.

“Untuk keberhasilannya mengungkap tentang Badan Keamanan Nasional, dia layak disambut sebagai pahlawan dan diganjar penghargaan, bukan pengasingan,” tulis sang pembocor, dikutip dari Reuters.

John Doe juga mengatakan bersedia untuk bekerja sama dengan lembaga penegak hukum, terkait upaya pengungkapan invetasi tersembunyi lewat perusahaan offshore yang rentan praktik penggelapan pajak.

Dia menyerukan agar Komisi Eropa, Inggris, Amerika Serikat dan negara-negara lain untuk memberikan perlindungan bagi para pembocor yang berhasil mengungkap isu sensitif ke ranah publik, dan bukan malah menghukum mereka.

“Para pembocor yang mengekspos kesalahan, tidak perlu dipertanyakan, apakah merupakan orang dalam atau orang luar, dan layak mendapat kekebalan dari pemerintah, titik,” katanya.

John Doe, yang membocorkan dokumen internal yang terenkripsi milik Mosack Fonseca kepada SZ tahun lalu, membantah tuduhan bahwa dia merupakan mata-mata.

Dokumen yang kemudian disebut Panama Papers itu mencakup rincian investasi perusahaan offshore yang didirikan Mosack Fonseca di berbagai kawasan bebas pajak (tax havens) dalam kurun waktu 40 tahun, dari tahun 1977 sampai Desember lalu.

Bocoran dokumen itu kemudian diteliti oleh SZ bersama dengan organisasi International Consortium of Investigative Journalists, ICIJ, yang memiliki anggota jurnalis dari berbagai negara.

Dokumen itu dibocorkan dengan maksud untuk memperlihatkan bahwa beberapa perusahaan yang berdomisili di kawasan surga pajak rentan akan praktik pencucian uang, transaksi narkoba dan penggelapan pajak.

Sang pembocor mengaku bahagia bahwa dokumen yang dia bocorkan memicu perdebatan soal “kesalahan yang dilakukan para elite,” namun menilai pihak berwenang belum melakukan tindakan tegas untuk menindak lanjuti berbagai dugaan kesalahan para pemimpin dunia.

Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi apakah sumber tersebut merupakan orang yang sama dengan pembocor dokumen asli, yang kemudian dibagikan kepada 100 organisasi media di berbagai dunia. Laporan SZ tentang si pembocor tidak mencantumkan identitas dan jenis kelaminnya.

“Sebagai catatan, saya tidak bekerja untuk lembaga pemerintah atau intelijen, secara langsung atau pun sebagai kontraktor, dan tidak akan pernah,” katanya.

Sang pembocor juga mengkritik sejumlah bank, regulator keuangan, otoritas pajak, pengadilan, dan profesi hukum yang terkait dengan Panama Papers.

Sang pembocor juga mengungkapkan bahwa dia sebelumnya sudah menawarkan bocoran dokumen ini ke sejumlah media besar, namun mereka memilih tidak menindak lanjuti temuan ini.

“Dampak kolektif dari kegagalan ini menggerus standar etika, akhirnya mengarah ke sistem baru yang masih kita sebut Kapitalisme, padahal sama saja dengan perbudakan ekonomi,” ujarnya.

Sang pembocor itu mengakhiri manifestonya dengan mengatakan “penyimpanan digital tak terbatas dan murah, serta koneksi internet yang cepat” harus membantu mendigitalkan revolusi melawan ketimpangan pendapatan. [CNN Indonesia]

Related posts