Gencatan senjata di Aleppo diperpanjang 72 jam

Seorang pria berada di di tengah bangunan yang hancur akibat serangan udara Rusia di kawasan al-Kalasa, Aleppo. (AFP)

Aleppo (KANALACEH.COM) – Gencatan senjata yang diperpanjang selama 72 jam di Aleppo cukup melegakan bagi penduduk kota yang bergolak di Suriah utara itu.

Keluarga-keluarga pulang ke rumah, sekolah-sekolah dibuka lagi, dan beberapa kedai kembali memulai aktivitas ketika gencatan senjata mulai diberlakukan Sabtu (7/5).

Menurut organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR), kota itu telah mengalami pertempuran hebat selama beberapa hari yang menewaskan hampir 300 warga sipil, termasuk 57 anak.

AS menyambut baik diperpanjangnya gencatan senjata di Aleppo itu, tetapi terus mengupayakan hasil yang lebih luas.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby, mengatakan tujuan AS adalah mencapai titik di mana “kita tidak perlu lagi menghitung jam dan agar gencatan senjata dihormati sepenuhnya di seluruh Suriah.”

Pernyataan itu disampaikan setelah Kementerian Pertahanan Rusia mengeluarkan pernyataan yang mengukuhkan diperpanjangnya gencatan senjata itu.

Sebelumnya, Kirby mengatakan AS belum mengesampingkan kemungkinan bekerja sama dengan Rusia untuk mengupayakan lebih banyak gencatan senjata lokal di Suriah, apabila diperlukan.

AS dan Rusia mengetuai gugus tugas gencatan senjata. Rusia telah menggunakan pengaruhnya terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad dan AS telah memanfaatkan pengaruhnya terhadap oposisi untuk mencoba menghentikan kekerasan di negara itu.

Kedua negara itu mengumumkan gencatan senjata lokal di Latakia dan Ghouta Timur pekan lalu untuk menjaga agar gencatan senjata nasional yang diumumkan Februari lalu tidak gagal.

Perang saudara di Suriah telah berlangsung lebih dari 5 tahun. Setidaknya sudah lebih dari 270.000 orang meninggal, dan lebih dari 11 juta orang mengungsi entah di dalam negeri maupun ke luar negeri, termasuk ke Eropa.

Serangan udara yang dilakukan koalisi Rusia dan Suriah juga telah melanda kamp pengungsi di Provinsi Idlib. Serangan itu dikecam dunia, dan oleh PBB disebut sebagai kejahatan perang. [Kompas]

Related posts