Nahas setelah bunyi ‘krak’ pada kaki Halimah

Cut Halimah (baju biru) terkulai lemas di ruang Seurune 3 kamar 6 RSUZA, Banda Aceh. (Kanal Aceh/Aidil Saputra)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Pasien perempuan berbaju biru itu terkulai lemas. Sudah sebulan ia terbaring di ruang Seurune 3 kamar 6 RSUZA. Kakinya dibalut oleh kain batik berwarna cokelat.

Perempuan itu bernama Cut Halimah (57), warga Gampong Rayeuk Pange, Kecamatan Pirak Timur, Lhoksukon, Aceh Utara. Ia menjadi salah satu korban dugaan mal praktek yang dilakukan oleh oknum dokter muda yang sedang menjalani pendidikan (co-assistance) di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh.

Anak dari Cut Halimah, T Samsul Rizal (25), menceritakan awalnya penyakit ibunya itu didiagnosa menderita penyempitan saraf di tulang belakang.

“Ibu (Cut Halimah) sempat dirawat enam hari di Rumah Sakit Kesrem Lhokseumawe. Karena tidak sanggup ditangani, Ibu dirujuk ke RSUZA,” kata Samsul kepada Kanalaceh.com, Sabtu (7/5).

Setibanya di RSUZA, Cut Halimah dirawat di ruang saraf dan ditangani oleh dr. Ika, spesialis saraf. Dokter itu mengatakan bahwa Halimah terkena tumor di bagian perutnya.

“Ada semacam tumor di dalam perutnya,” kata Samsul seperti yang disampaikan dr. Ika.

Samsul mengatakan, pada 8 April 2016 lalu, Cut Halimah sudah menjalani perawatan di RSUZA. Lalu pada 23 April 2016, petaka itu datang tak terduga.

“Pagi itu dokter muda melakukan pemeriksaan kepada ibu saya. Pemeriksaan itu sama seperti dilakukan oleh dokter sebelumnya, dengan menanyakan kondisi dan memeriksa tensi darah,” cerita Samsul.

Samsul menjelaskan, karena kaki ibunya seperti kaku tak bisa bergerak, dokter muda itu melakukan pemeriksaan dengan mengangkat kaki kanan. Tapi masih baik-baik saja.

Selanjutnya dokter muda itu mengangkat kaki kiri Cut Halimah. Lalu terdengar bunyi “Kraak”. Kaki Cut Halimah patah. Mendengar suara itu, Samsul mengaku terkejut. Beberapa jam kemudian, ibunya itu mengeluh sakit.

“Dokter itu seperti memaksa mengangkat kaki kiri ibu, sehingga terdengar bunyi patah tulang. Saat saya tanyakan, dokter itu menjawab tulang ibu sudah keropos,” katanya.

Jika memang tidak patah, tambah Samsul, ia bertanya kenapa kaki kiri ibunya sekarang sudah bengkok. “Memang kelihatan sekali sudah patah, karena tidak lurus lagi,” ujarnya.

Karena tidak tenang melihat kondisi ibunya, Samsul meminta untuk dirontgen. Dari hasil rontgen pun terlihat sekali bahwa kaki Cut Halimah patah.

“Kami minta dirontgen agar bisa terlihat kaki sebelah kiri ibu,” tuturnya.

Pasca-kejadian itu, ia hanya bisa pasrah menunggu penanganan lebih dari rumah sakit milik Pemerintah Aceh itu. Hingga 15 hari kemudian, ia dan keluarga belum mendapatkan kepastian apa-apa terkait kondisi yang dialami oleh Cut Halimah.

Samsul mengeluh, dokter saraf sudah lepas tangan. Dokter tak berani mengambil risiko, sebab apabila dilakukan operasi, dokter tersebut mengaku takut berefek di bagian tubuh lainnya.

“Dokter itu menyarakankan agar dikemoterapi, tapi harus menunggu kondisi fisik ibu membaik,” jelasnya.

Kini ia dan keluarga tidak menyalahkan dokter itu. Tapi ia berharap agar ada solusi baik yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Jangan dibiarkan tanpa ada solusi apapun.

“Hingga hari ini belum ada solusi. Kami perlu adanya solusi dari rumah sakit. Demi kesembuhan ibu, kami sudah menjual kebun di kampung,” keluhnya, sedih.

Sementara itu, Direktur RSUZA, dr. Fachrul Jamal membantah bahwa kejadian tersebut merupakan mal praktek. Ia mengatakan bahwa kondisi tulang pasien memang sudah keropos, sehingga mudah patah.

“Kasus itu bukan salah pengobatan, tapi memang kondisi tulang pasein sudah keropos dan mudah patah akibat penyakit yang dideritanya,” kata dr. Fachrul Jamal kepada Kanalaceh.com melalui pesan tertulis, Minggu (8/5).

Ditanya solusinya, dr. Fachrul Jamal menjawab penyakit utamanya yang akan dibereskan, tapi tak disebutkan kapan. [Aidil Saputra]

Related posts