Kudeta militer Turki bentuk “empire strikes back”

Para pendukung Erdogan di kota Antalya, turun ke jalan membawa bendera Turki dan poster sang presiden sebagai bukti dukungan mereka terhadap pemerintah. (AFP)

Jakarta (KANALACEH.COM) – Guru Besar Universitas Pertahanan, Prof Salim Said mengatakan kudeta terhadap pemerintahan Turki sudah sering terjadi. Namun, kudeta yang terjadi kemarin merupakan kudeta yang pertama kali terjadi selama kepemimpinan Tayyip Erdogan.

Menurut Salim, kudeta tersebut merupakan bentuk upaya pengambil alihan kekuasaan oleh pihak yang masih memiliki kekuatan.

“Apa yang sebenarnya terjadi? Kata kuncinya, empire strikes back,” ujar Salim dalam sebuah diskusi di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (16/7).

Salim menjelaskan, dulu, Turki merupakan negara yang besar. Pasca-penjajahan Inggris terjadi, Turki dijadikan sebagai bagian dari kerajaan Eropa.

“Sekarang mereka balik menuntut. ‘Kamu dulu menjajah kami, kami miskin’,” sebutnya.

Selain itu, menurut Salim, selama Erdogan memimpin, sejumlah petinggi militer yang turut mendukung aksi kudeta pada pemerintahan sebelumnya itu ditangkap dan diadili.

Ini juga menjadi alasan terjadinya kudeta oleh militer di Turki.

“Sedangkan tentara sendiri yang ingin melakukan strike back dalam melakukan kudeta tak ada pihak sekulernya karena mereka sendiri tertekan lantaran seniornya ditangkap,” kata Salim.

Dia juga menyebut kudeta tersebut mengalami kegagalan karena hanya sebagian kecil dari militer yang ada melakukan kudeta. Di sisi lain, masyarakat sipil melakukan perlawanan lantaran tidak ingin militer kembali berkuasa.

“Kesalahan kudeta tadi malam adalah ada sebagian kecil kelompok militer yang tak lagi didukung oleh masyarakat. Sehingga di dalam militer sendiri itu terpecah, padahal latar belakangnya pihak yang memiliki kuasa ingin kembali mengambil hak kekuasaannya atau empire strike back,” tuturnya.

Meskipun demikian, sikap masyarakat yang tak mendukung kudeta diartikan sebagai bentuk dukungan kepada Erdogan. Menurut Salim, rakyar Turki hanya tidak ingin kehidupannya kembali dibayang-bayangi kekuasaan militer.

“Apakah masyarakat mendukung Erdogan, belum tentu. Masyarakat yang turun ke jalan itu mendukung kebebasan mereka sendiri, mendukung supremasi sipil,” kata Salim.

Sebelumnya, sekelompok elemen militer Turki mengklaim telah menguasai negeri itu pada Sabtu (16/7) malam itu dan langsung memicu bentrokan berdarah di Istanbul dan Ankara.

Fotografer AFP melaporkan telah menyaksikan tentara menembaki warga yang berkumpul di dekat salah satu jembatan Selat Bosphorus di Istanbul.

Sementara itu, kantor berita Anadolu mengabarkan, gedung parlemen Turki di Ankara diserang dengan menggunakan bom. [Kompas]

Related posts