Warga Aceh Selatan alami krisis air bersih

Ilustrasi air bersih. (Antara Foto)

Tapaktuan (KANALACEH.COM) – Ribuan warga di beberapa desa di Kecamatan Labuhanhaji Barat, Kabupaten Aceh Selatan mengalami krisis air bersih, karena pipa milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Naga Tapaktuan mengalami kerusakan akibat adanya proyek.

Plt Direktur PDAM Tirta Naga Tapaktuan, Eki Firman di Tapaktuan, Minggu (2/10), membenarkan sebanyak lebih kurang 600 pelanggan PDAM di Labuhanhaji Barat terganggu pendistribusian air bersih karena ada pipa yang mengalami kerusakan dampak dari pekerjaan proyek pengerukan saluran drainase di pasar Blangkeujerun.

“Suplai air bersih terhadap 600 pelanggan terhenti sejak Jumat (29/9) lalu akibat rusaknya pipa utama. Proses perbaikan sampai saat ini mengalami kendala dan hambatan karena pihak kontraktor sebelumnya berjanji akan mengganti pipa yang sudah rusak, namun hingga saat ini perjanjian itu belum direalisasikan,” tegasnya.

Sementara, Kepala Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Aceh Selatan T Bahrumsyah ketika dikonfirmasi justru mengaku bahwa terkait kerusakan pipa PDAM tersebut segera akan diperbaiki oleh pihak kontraktor pelaksana proyek dari CV Gerak Utama.

“Kami telah meminta kepada pihak kontraktor agar segera memperbaiki kembali kerusakan itu dan hal itu telah di tindaklanjuti oleh pihak kontraktor bersangkutan,” ujar Bahrum.

Ia menyebutkan pembangunan saluran drainase tersebut sepanjang 208 meter dengan jumlah anggaran sumber APBK Aceh Selatan tahun 2016 sebesar Rp 296 juta lebih.

Sementara itu, Ali Zamzami, salah seorang warga menyatakan, terhentinya pasokan air bersih telah berlangsung sejak Jumat (29/9) setelah rusak atau patahnya pipa utama milik PDAM.

“Meskipun lokasi rusaknya pipa berada di pasar Blangkeujeren, namun pihak PDAM harus menutup keseluruhan suplai air dari sumber air utama dari pegunungan Batee Meucanang. Sebab jika tidak ditutup maka aliran air akan merembet atau meluber ke badan jalan serta halaman rumah penduduk,” katanya.

Dia menyebutkan, beberapa desa yang warganya mengalami krisis air bersih dampak dari kejadian tersebut masing-masing adalah Desa Peulokan, Batee Meucanang, Tutong, Kuta Iboh, Ujung Padang dan Tengah Iboh termasuk beberapa masjid dan Pondok Pesantren Darul Wustha.

Pihaknya, sambung Ali Zamzami, menyesalkan sistem atau teknis pekerjaan yang dilakukan oleh pihak kontraktor saat melakukan pengerukan saluran drainase di pasar Blangkeujeren dengan menggunakan alat berat (beco).

Seharusnya, kata dia, sebelum dimulainya pengerukan saluran drainase tersebut dengan menggunakan alat berat terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan pihak PDAM dan PT Telkom, untuk mengetahui di titik-titik mana saja terdapat pipa milik PDAM dan kabel optik milik PT Telkom.

Sementara itu, Camat Labuhanhaji Barat, TM Nasrijal juga menyesalkan sikap pihak kontraktor pelaksana proyek tersebut yang tidak melakukan langkah koordinasi dengan pihak terkait sebelum dimulainya proses pekerjaan.

“Jangankan dilakukan koordinasi dengan pihak PDAM dan PT Telkom, saya selaku Camat saja tidak mengetahui keberadaan proyek itu. Informasi mengenai telah rusaknya pipa PDAM tersebut baru saya ketahui dari laporan masyarakat karena suplai air bersih sudah terhenti sejak Jumat (29/9) lalu,” katanya.

Nasrijal menyatakan pihaknya telah turun meninjau lokasi tersebut dan meminta kepada pihak kontraktor supaya segera memperbaiki fasilitas air bersih yang telah rusak. [Antara]

Related posts