Konflik berakhir, dua desa di Ambon berdamai dan serahkan senpi

Proses penyerahan senjata oleh masyarakat Desa Mamala dan Morela (Ist/Detik)

Ambon (KANALACEH.COM) – Perdamaian abadi menjadi harapan masyarakat Kota Ambon, Maluku, khususnya Desa Mamala dan Morela. Dua desa yang bertahun-tahun terlibat konflik itu akhirnya sepakat berdamai.

Mamala dan Morela adalah dua negeri (desa) bertetangga di Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, Maluku. Konflik di Mamala-Morela terjadi sejak lama. Pada 2008, upaya rekonsiliasi dilakukan dengan membangun prasasti di perbatasan dua desa.

Sayangnya perdamaian itu tidak bertahan lama. Tidak terhitung berapa kali kedua warga desa ini terlibat perang. Sejumlah warga tewas dan puluhan luka-luka karena mereka menggunakan senjata api dan bom rakitan.

Pemicu konflik biasanya bermula dari persoalan sepele, seperti saling senggol, atau dari pesta miras yang berujung perang antarpemuda.

Jumat (14/10), perdamaian itu ditandai dengan penyerahan sejumlah senjata api dan bom rakitan. Kedua desa sepakat mengakhiri pertikaian.

Ismail, perwakilan Desa Mamala mengatakan penyerahan senjata tersebut merupakan peristiwa bersejarah bagi kedua desa. Penyerahan senjata juga merupakan sukarela warga tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

“Ini awal untuk contoh negeri (desa) lain di Maluku. Mudah-mudahan Maluku jadi aman,” ungkap Ismail.

Ismail berharap penyerahan ini diikuti juga oleh warga lainnya yang masih menyembunyikan senjata. Ismail juga berharap para warga yang secara sukarela menyerahkan senjata kepada kepala desa atau aparat tidak diproses hukum.

“Kita akan sampaikan ke aparat, tidak ada sanksi apapun,” imbuhnya.

Warga, lanjut Ismail, juga berharap pemerintah daerah menyediakan lapangan kerja bagi para pemuda dua desa tersebut. Sebab, banyaknya pengangguran membuat pemuda tidak produktif dan mudah tersulut emosinya.

“Ada bantuan dari pemerintah tapi masih kurang, biasanya pertanian, keramba. Ada dari BLK kasih pelatihan las, tapi tidak ada pengadaan alat,” ujar Ismail.

Sementara itu Kepala Desa Morela, Sialana Yunan, mengatakan proses penyerahan senjata merupakan upaya kerja keras berbagai pihak, termasuk jajaran Kodam Pattimura.

“Kesadaran masyarakat itu akibat kerja keras bapak pimpinan, Pangdam Pattimura Mayjen Doni Monardo. Morela-Mamala melekat. Dengat niat, cukup sudah kita bertikai, mari kita hidup seperti dulu aman dan nyaman,” ungkapnya.

Menurut Yunan, pihaknya selalu mengantisipasi sedini mungkin setiap konflik yang timbul. Koordinasi dan komunikasi segera dilakukan untuk meredam agar konflik tidak membesar dan berkelanjutan.

Danramil 1504/05 Leihitu Lettu Inf Ruhiat mengatakan pengumpulan senjata tersebut berlangsung sekitar 1 bulan. Aparat TNI/Polri berjanji tidak akan menindak secara hukum kepada warga yang sukarela menyerahkan senjatanya.

“Ke depan masyarakat sebaiknya menyerahkan senjata api atau bahan peledak kepada raja-raja atau aparat. Bagi yang masih menyimpan diserahkan, jika diserahkan sukarela dijamin tidak akan disanksi hukum,” imbaunya.

Hari ini, jumlah senjata yang diserahkan warga adalah 9 pucuk senpi, 81 butir peluru (5,6 mm dan 7,6 mm) dan 10 bom rakitan. Sementara itu jika ditotal sejak Januari hingga Oktober 2016, untuk seluruh Kota Ambon, maka jumlahnya 373 senjata api.

Rinciannya:

1. Senpi standar (organik) 26 pucuk:
a. Laras panjang 17 pucuk
b. Laras pendek 9 pucuk

2. Senpi rakitan 347 pucuk:
a. Laras panjang 228 pucuk
b. Laras pendek 119 pucuk. [Detik]

Related posts