Catatan warga Aceh yang ikut demo 4 November

Rachmad Kurniady INC. (ist)

(KANALACEH.COM) – Pada tanggal 3 November, Rachmad Kurniady INC (foto), pamit dengan orang tuanya, Istri serta keluarga tercinta, ia berangkat dari Banda Aceh ke Jakarta pada pukul 16:30 WIB. Selama perjalanan ia pun bertemu dengan beberapa jama’ah dari Aceh yang semuanya memiliki niat yang sama dan menggunakan dana pribadi untuk bergabung dengan jutaan ummat islam dari berbagai penjuru tanah air.

Setibanya di bandara Soetta, Jakarta, dirinya langsung bergerak menuju ke Mesjid Istiqlal menggunakan damri jurusan stasiun Gambir. Dari stasiun gambir menempuh perjalanan kaki kurang lebih 1km bersama 3 orang anak muda dari Pontianak.

Sekitar pukul 23:30 tiba di Masjid Istiqlal dan melihat jama’ah dari berbagai daerah yang mungkin mencapai puluhan ribu sudah duluan tiba dilanjutkan melakukan berbagai kegiatan seperti ta’aruf, tadarrus serta beristirahat untuk menyiapkan energi karena diperkirakan cuaca cerah.

Keesokan harinya, 4 November, menjelang subuh diperkirakan jama’ah sudah mencapai 100rb, ini tampak dari shaf yang penuh serta antrian wudhu. Setelah shubuh melanjutkan kegiatan ta’aruf dengan beberapa sahabat dari Cibubur, Lampung, Palembang, Jawa Timur dan daerah lainnya.

Kemudian, setelah sholat jum’at dimasjid istiqlal (berada di shaf lantai 4) lanjut dengan shalat jama’, massa langsung bergerak menuju istana negara secara damai.

Tampak beberapa jama’ah yang sukarela berdiri di sepanjang jalan (kurang lebih /50m) dengan trash bag untuk meminimalisir sampah. Perjalanannya pun terhenti kurang lebih 50 meter sebelah kanan mobil komando yang berisikan Ulama, ustadz, tokoh nasional, tokoh daerah hingga artis ibukota dan beberapa laskar untuk menjaga ulama yang dipimpin Habib Rizieq sudah memulai orasi.

Orasi yang diselingi dengan teriakan takbir, do’a serta Mars aksi damai. “Al-Quran Imam kami, Al-Quran Pedoman kami, Al-Quran Petunjuk kami, Al-Quran Satukan kami” Aksi Bela Islam, Aksi Bela Islam, Aksi Bela Islam, Allah Allahu Akbar 2x, Allahu akbar 4x, Allahu akbar 3x Allah Allahu Akbar.” Menggema selama perjalanan menuju istana Negera.

Dengan meniatkan Shalat jama’ ta’khir, orasi terus berlanjut hingga aksi memasuki batas akhir waktu yang diizinkan yaitu pukul 19:00 WIB. Namun, permintaan dari aksi untuk bisa berjumpa langsung dengan presiden tidak kunjung terjadi.

Kurang lebih pukul 19:30 WIB massa di bagian kiri mobil komando tampak sudah mulai rusuh (terindikasi ada provokator yang memancing amarah peserta aksi), pihak kepolisian pun mulai melakukan penembakan gas air mata (wallahu a’lam siapa yang duluan memulai ini).

Ia pun segera memakai baju tempur (baju adat Aceh – Teuku Umar) berikut dengan olesan pasta gigi di bagian mata serta kain basah untuk melindungi pernafasan dan segera turun bergabung ke garda depan.

Pada saat penembakan (serangan berlangsung), pihaknya mencoba untuk melindungi ulama dan para pejuang lainnya yang tampak mulai terkena efek gas air mata). Beberapa pejuang tampak terkena peluru gas air mata di bagian dada, perut, badan bagian belakang serta ada juga yang hanya terkena pada bagian yang terlindung tas ransel.

Ketika ia sudah mulai merasa perih dibagian mata maupun dada, mundur beberapa meter untuk menarik nafas segar dan maju kembali untuk mencoba menjaga serta mengingatkan massa agar tunduk pada satu komando dari mobil komando.

Disisi kanan mobil komando tampak 2-3 unit mobil polisi sudah dibakar (wallahu a’lam siapa yang membakar – dari awal saya tidak tampak peserta aksi membawa bahan bakar).

Beberapa saat kemudian, Pangdam mengambil alih pimpinan dari sisi aparat untuk meminta aksi mundur (tidak tahu persis darimana suara berasal), dilanjutkan Kapolri juga menginstruksikan anggotanya untuk menghentikan tembakan (namun prajurit kepolisian tampak TIDAK PATUH PADA JENDRALNYA). pihak kepolisian tetap semangat memberikan tembakan gas air mata.

Dirinya dan beberapa pejuang lainnya mencoba untuk menarik mundur pasukan aksi garda depan untuk kembali ke sisi mobil komando dan mereka berhasil menjaga jarak aman (sekitar 20m dari garis pasukan kepolisian tepatnya di bagian traffic light).

Kemudian, pasukan aksi garda depan melakukan dialog dengan pihak TNI  dan pihaknya menarik diri ke area aman (sekitar 200m dari pagar istana).

Beberapa saat kemudian, tampak Syech Ali Jabeer dan seorang habib melakukan kontak komunikasi dengan panglima aksi yang memutuskan kita mundur dari istana dan melanjutkan aksi ke gedung DPR/MPR.

Ribuan massa garda depan pun mundur dan bergabung dengan ratusan ribu massa yang sudah duluan berada di seputaran patung kuda.

Sesampainya di area patung kuda, ia pun beristirahat sambil menikmati kopi Aceh (bersama beberapa pejuang lainnya) yang di bawa dari Banda Aceh pemberian saudaranya dan duduk bersama hingga sebuah mobil tiba dan seorang Ibu keluar membawa bekal makan malam.

Sekitar jam 22:00 WIB, ia melanjutkan perjalanan bersama seorang pejuang yang berasal dari Cibubur menuju ke gedung DPR/MPR yang berjarak kurang lebih 7km dengan berjalan kaki. Di sepanjang jalan kami mendapatkan tambahan logistic dari hamba Allah dan juga sempat berjumpa dengan rekan saya dari pejuang buruh yang ikut bergabung dalam aksi membela Al-quran (bung Kahar).

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam, saya bergabung kembali dengan pusat massa dan berada kurang lebih 40 meter di sisi kiri mobil komando.

Orasi dan Negosiasi alot (yang melibatkan perwakilan ulama serta anggota dewan) terjadi di sini hingga menghasilkan beberapa keputusan, antara lain (wallahu a’lam karena rasa lelah sudah menyerang saya, mungkin ada kesilapan dalam pendengaran):

  1. Presiden meminta Kapolri untuk “Memeriksa” Ahok pada hari senin 7 Nov 2016.
  2. Memberi waktu 2 minggu agar Ahok ditangkap atas kelakuannya karena melanggar undang-undang yaitu melakukan penistaan agama
  3. Jika hingga batas waktu tersebut Ahok tidak ditangkap, maka ulama akan melakukan aksi yang lebih besar yaitu Revolusi konstitusi untuk menurunkan presiden Jokowi.

Memasuki Azan shubuh, 5 November, berkumandang dan ia dan rekannya melaksanakan shalat shubuh berjama’ah dan peserta aksi diminta untuk kembali ke rumah masing masing. sementara, ia meninggalkan area gedung DPR/MPR sekitar pukul 06:00 WIB menuju masjid Istiqlal menggunakan bus trans Jakarta.

Setibanya di Masjid Istiqlal, ia dan rekan lainnya melakukan diskusi ringan dengan beberapa pejuang lainnya dari berbagai daerah dan dijemput oleh sahabatnya yang bernama Novan Alfonso untuk beristirahat dirumahnya hingga menunggu jadwal keberangkatan kembali ke Banda Aceh. Sekira pukul 22:00 WIB, ia  tiba di bandara SIM dan dijemput isteri serta anak tercintanya.

“Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi saya (penulis) kedepan dalam memperjuangkan agama dan mungkin bagi rekan sahabat lainnya. Demi ALLAH ini bukan masalah politik dan kepentingan tertentu, ini masalah aqidah kami ummat islam.”

Penulis : Rachmad Kurniady INC

Related posts