“Hargai Suku Mante, sebaiknya fokus lindungi habitat hutan mereka”

"Hargai Suku Mante, sebaiknya fokus lindungi habitat hutan mereka"
Orang yang ditemukan di sebuah hutan pedalaman di Aceh yang diduga Suku Mante. (Youtube Fredography)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Yayasan Geutanyoe meminta pemerintah dan masyarakat Aceh untuk menghargai dan menghormati budaya serta cara hidup kelompok Suku Mante. Sebaiknya fokus pada mengambil langkah-langkah penting untuk melindungi habitat hutan tempat tinggal mereka.

Sementara itu ketertarikan dari banyak pihak terkait dengan penemuan Suku Mante dapat dimaklumi dan sangat wajar, namun Yayasan Geutanyoe memiliki kekhawatiran terkait dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh  Pemerintah Aceh terkait dengan membentuk tim khusus guna mencari dan melakukan kontak bersama suku pedalaman tersebut.

“Kenyataannya bahwa anggota kelompok suku tersebut berusaha menghindari pertemuan dan mengindikasikan bahwa mereka tidak tertarik untuk menjalin hubungan dan lebih memilih hidup dengan cara mereka sendiri,” kata Direktur Internasional Yayasan Geutanyoe, Lilianne Fan dalam siaran pers yang diterima Kanalaceh.com, Selasa (4/4).

Lilianne Fan yang juga seorang antropolog yang telah melakukan penelitian tentang orang asli di Malaysia dan hukum adat di Aceh, menyatakan, bukti antropologis dari seluruh dunia menunjukkan bahwa upaya untuk menghubungi suku-suku yang ingin mempertahankan diri dan ingin agar tetap jauh dari masyarakat seringkali dianggap sebagai arus utama yang sering kali menyebabkan bencana.

“Dimana mengarah ke penyebaran penyakit umum seperti flu terhadap suku-suku asli, mereka tidak memiliki kekebalan tubuh, serta hilangnya tanah leluhur mereka, budaya dan bahkan identitas mereka,” lanjutnya.

Yayasan Geutanyoe pun merekomendasikan kepada pemerintah dan masyrakat agar melakukan pendekatan yang berupa fokus untuk melestarikan habitat Suku Mante. Untuk memungkinkan inisiasi kontak dari suku itu sendiri mengikuti contoh positif dari negara-negara yang memiliki suku pedalaman serupa seperti Brazil.

“Jika dan ketika Suku Mante memutuskan bahwa mereka membutuhkan kita, baik untuk obat-obatan, tempat tinggal atau pendidikan, mereka akan tahu bagaimana membuat dan menghubungi diri mereka secara sukarela. Pemerintah Aceh seharusnya memprioritaskan perlindungan habitat hutan dimana suku ini tinggal, karena kerusakan hutan merupakan penyebab utama yang mendorong mereka untuk berlindung lebih jauh kedalam hutan, bukan karena mereka “primitif”,” jelas Lilianne.

Hermanto Hasan selaku pengamat dan pecinta kebudayaan serta kesenian Aceh, menjelaskan, Suku Mante mungkin tidak hidup seperti manusia biasanya, tapi tidak berarti bahwa mereka kurang kontemporer atau tanpa budaya dan peradaban.

“Fakta bahwa orang-orang ini hidup di hutan begitu lama dengan damai tanpa menghancurkan apapun yang terdapat di dalamnya menunjukkan bahwa mereka lebih beradab daripada kita. Bahkan, kita harus bertanya pada diri sendiri apa yang bisa kita pelajari dari orang-orang ini dan meneladani kemampuan mereka untuk hidup dalam keharmonisan dengan alam,” ujar Hermanto. [Aidil/rel]

Related posts