Nelayan di Aceh Barat meninggal di tengah laut

Nelayan di Aceh Barat meninggal di tengah laut
ilustrasi tenggelam. (okezone.com)

Meulaboh (KANALACEH.COM) – Juliadi (32) seorang nelayan Desa Pematang, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat ditemukan meninggal di tengah laut dalam armada Kapal Motor (KM) Lancang Kuning yang ditumpangi.

Koordinator Pos Searc And Rescue (SAR) Meulaboh, Dwi Hetno, di Meulaboh, Senin (17/4) mengatakan, korban bersama armada yang ditumpangi telah berhasil dievakuasi dan dijemput untuk kemudian dibawa ke daratan pada Senin pukul 2.45 WIB.

“Setelah menerima info dari nelayan atas nama Edi tentang satu orang nelayan meninggal di tengah laut, tim kita bergerak pada Minggu (16/4) sekitar pukul 23.00 WIB menjemput korban dan armada nelayan tersebut,” katanya.

Dwi Hetno menjelaskan, korban sudah lima hari berangkat melaut dengan armada KM Lancang Kuning dengan mesin 6 Grosstonage (GT), bersama satu orang rekannya di wilayah perairan Pulau Lasia, Kabuaten Simeulue, Aceh.

Meninggalnya korban diketahui oleh rekannya saat bangun pagi, ketika itu rekan satu armada yang kemudian meminta bantuan kepada nelayan lain sehingga info tersebut sampai ke daratan dan dilaporkan pada wilayah kerja Pos SAR Meulaboh.

Penjemputan armada bersama korban yang meninggal dalam boa tersebut menempuh perjalanan dengan estimasi 10 mil dari pantai perairan Aceh Barat, setelah sampai di daratan korban langsung di bawa ke rumah sakit untuk di outopsi.

“Korban ada riwayat penyakit, meninggalnya saat pagi Minggu, ketika dibangunin oleh rekannya. Dari tengah laut boad bersama korban ditarik dengan KM Oscar hingga sampai ke pendaratan Desa Pangong, Johan Pahlawan,” imbuhnya.

Sementara itu Sekjen Panglima Laot (lembaga adat laut) Aceh Barat Nanda, menuturkan, pihaknya akan berupaya memperjuangkan hak atas nelayan tersebut apabila korban secara administrasi sudah memiliki kartu nelayan maupun terdata penerima asuransi.

Nanda menyampaikan, di daerah itu tidak semua nelayan menjadikan profesi tersebut hanya untuk melaut, artinya ada pelaut yang bersifat musiman, ada juga nelayan memang mengangtungkan hidup bertahun-tahun dengan melaut.

“Tapi sejauh ini kami belum memegang data bahwa yang bersangkutan apakah telah terdaftar sebagai peserta asuransi nelayan. Kami masih melakukan koordinasi dengan keluarga korban,” katanya.

Nanda menyampaikan, informasi sepintas diterima pihaknya, korban yang meninggal karena memiliki riwayat penyakit di bagian perut, namun tidak diketahui secara medis gejala apa yang menyebabkan korban hingga meninggal dunia saat melaut.

Meski demikian sebagai pemangku adat laut pihaknya berupaya melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah serta pihak yang mengurus asuransi, paling tidak keluarga korban mendapat santunan untuk maa-masa duka saat ini. [Antaranews]

Related posts