Cut Po Marissa pukau ratusan penonton di Taman Budaya

Pementasan Teater "Cut Po Marissa" pukau ratusan penonton di taman Budaya, Banda Aceh Jumat (19/5) malam. (Kanal Aceh/Fahzian Aldevan)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Suasana di ruangan gedung  Taman Budaya Aceh gelap gulita malam itu, hanya terdengar bisikan-bisikan kecil dari ratusan orang yang hadir dalam ruangan yang mampu menampung ratusan orang itu.

Tiba-tiba diatas panggung terdengar suara wanita memakai mikrofon yang melarang para penonton untuk tidak mengunakan telepon genggam saat acara berlangsung.

“Para hadirin semuanya tepuk tangan diperbolehkan saat awal acara dan akhir acara,” kata wanita itu sebagai Master of Ceremony pada acara Pementasan Teater “Cut Po Marissa” produksi UKM Teater Nol Unsyiah, Banda Aceh, Jumat, (19/5) malam.

Setelah itu lampu sorot mulai dihidupkan dengan muncul seorang laki-laki berambut panjang mengunakan jaket yang sedang terkena hujan mencari perteduhan pertanda mulainya pementasan tersebut.

Ratusan pononton senyap terpukau atas penampilan Teater “Cut Po Marissa” dari adaptasi naskah Nyonya-Nyonya karya Wisran Hadi  yang disutradarai oleh Beni Arona.

“Jadi Cut Po Marissa ini bercerita tentang  hubungan suami istri, anak dan orang tua serta saudara tiri dan kandung yang menjadi  permasalahan dan itu sering abaikan,” kata Beni kepada Kanalaceh.com usai acara pementasan.

Ia mengatakan cerita pementasan Cut Po Marissa mengisahkan tentang masalah harta pusaka hingga akhir cerita masih menjadi misteri. selain itu, dalam pementasan yang berlansung selama 90 menit tersebut juga mengisahkan pertikaian dalam keluarga yang sering terjadi saat ini.

Dikatakan Beni, saat ini banyak orang tua yang telah diabaikan, dalam beretika sudah jauh dari moral-moral yang sebenarnya.

Pementasan Teater “Cut Po Marissa” pukau ratusan penonton di taman Budaya, Banda Aceh Jumat (19/5) malam. (Kanal Aceh/Fahzian Aldevan)

“Yang bisa dimabil dalam cerita ini ialah bagaimana kita memperlakukan orang tua,” pesanya saat mengisahkan cerita dalam pementasan tersebut.

Beni berharap pementasan kali ini mampu mengungkit kembali reaksi kaum perempuan untuk menyatakan sikap penting dalam kehidupan sosial dalam kehidupan rumah tangga. Agar tidak terlalu kaku, ia juga memberikan beberapa gaya lawakan oleh aktor untuk memberikan ruang dan sindiran kecil terhadap penonton.

Sementara itu, penata Artistik pementasan Cut Po Marissa, Mirwar menjelaskan konsep dari penataan dan pembuatan panggung dilakukan sesuai dengan garapanya.

“Konsep panggung ini sesuai dengan garapan realis, dan sifatnya lebih banyak sugestip,” katanya.

Konsep panggung sendiri lanjut Miswar banyak mengunakan properti bahan-bahan antik dengan gaya klasik seperti kursi, meja makan bingkai dan pernak pernik lainnya.

“Karena dalam naskah ini di angkat cerita tentang keluarga bangsawan yang dulu pada zamannya kaya raya, jadi kita sesuaikan seolah-olah itu pada zamannya,” kata Miswar. [Fahzian Aldevan]

Related posts