Perumahan penyumbang kemiskinan pasca tsunami di Aceh

Ilustrasi. (Okezone)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Sektor properti seperti kepemilikan perumahan ternyata memiliki andil besar karena telah menjadi peyumbang terbesar ketiga terhadap garis kemiskinan setelah tsunami tahun 2004 di Aceh.

“Perumahan telah memberi sumbangan besar bagi angka kemiskinan di Aceh, yakni 6,76 persen di kota dan 5,13 persen di desa,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Aceh, Wahyuddin seperti dilansir laman Antara, Selasa (15/8).

Ia menjelaskan, perumahan menempati peringkat pertama terbesar untuk komoditi bukan makanan. Bila digabung dengan makanan, maka menjadi peringkat ketiga setelah beras dan rokok.

Hingga Maret tahun 2017, BPS Aceh mencatat untuk di wilayah perkotaan komoditi beras memberi sumbangan 20,24 persen, diikuti rokok kretek filter 13,19 persen, dan perumahan 6,76 persen.

Di wilayah pedesaan tercatat beras telah memberi andil paling besar yakni 26,05 persen, lalu rokok kretek filter 14,28 persen, dan perumahan 5,13 persen.

Sementara jumlah penduduk miskin yang hidup di bawah garis kemiskinan di Aceh sampai Maret tahun ini mencapai 872.000 orang atau 16,89 persen dari total penduduk di provinsi itu.

“Kontribusi perumahan, di atas biaya komoditi bukan makanan seperti listrik, bensin, dan pendidikan sekali pun,” tutur Wahyuddin.

Wilda (41), konsultan perumahan di Banda Aceh mengaku, heran karena besarnya anggaran yang harus dikeluarkan warga cuma untuk mencari rumah sewa terutama bagi mahasiswa dan pekerja di ibu kota Provinsi Aceh.

Menurut dia, kondisi tersebut terjadi setelah peristiwa gempa dan tsunami yang meluluhlantakkan Aceh di akhir tahun 2004.

Setelah peristiwa menggemparkan dunia itu, lanjutnya, tidak sedikit lembaga swadaya masyarakat terutama asing dan perusahaan membuka kantor cabang di Aceh, selama masa rehabilitasi dan rekonstruksi.

“Itu, telah menjadi pemicu. Kita bayangkan saja di Banda Aceh itu, kerapatan penduduknya cukup tinggi dibanding wilayah lain. Untuk sewa rumah aja Rp20 sampai Rp30 juta rupiah per tahun,” katanya.

Dia berujar, meski peristiwa tsunami telah terjadi 12 tahun lebih, tapi para pendatang dan masyarakat di Aceh sendiri masih merasakan imbasnya hingga kini.

“Kalau kita sewa rumah di daerah lain di Aceh seperti wilayah di ibu kota kabupaten, maka harga sewanya cuma turun sedikit dari harga di Banda Aceh,” terangnya. []

Related posts