Cerita ekspor kopi Gayo yang semakin naik daun

Ilustrasi - Kopi Gayo. (Viva)

Malang (KANALACEH.COM) — Bupati Aceh Tengah Nasaruddin memastikan permintaan ekspor kopi arabika gayo meningkat dalam empat tahun terakhir. Kopi gayo diekspor ke 17 negara, terutama ke Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang.

Total ekspor kopi gayo mencapai 80 persen dari total produksi sebanyak 35 ribu ton lebih biji kopi. Sisa 20 persen produksi diserap pasar dalam negeri. Peningkatan ekspor berkontribusi bagi devisa negara sekitar Rp 5 triliun per tahun atau empat kali lebih besar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Aceh Tengah.

“Selama ini kopi arabika gayo dari daerah kami lebih banyak diekspor. Baru 2-3 tahun terakhir permintaan dalam negeri meningkat,” kata Nasaruddin  di ajang ekspos inovasi produk pertanian di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, Karangploso, Kabupaten Malang, Rabu, 8 November 2017. Acara ini berlangsung sejak Selasa kemarin dan berakhir hari ini.

Peningkatan volume ekspor turut menggairahkan perekonomian warga. Kata Nasaruddin, sejak 2013 hingga sekarang ada 65-70 persen dari 225.000 jiwa penduduk Aceh Tengah yang terlibat dalam budidaya dan industri kopi. Untuk menjamin pendapatan warga, pemerintah daerah setempat sepenuhnya melindungi lahan kopi milik petani. Investor luar dilarang menguasai lahan-lahan tersebut.

Tidak ingin berjaya sendiri, ujar Nasaruddin, usaha memajukan perekonomian dan perlindungan dikerjasamakan dengan dua pemerintah kabupaten tetangga yang wilayahnya juga merupakan Dataran Tinggi Gayo sekaligus jadi habitat tanaman kopi arabika gayo, yakni Bener Meriah dan Gayo Lues. Total luas kopi di tiga daerah ini 110 ribu hektare, yang 44 persen atau 48.300 hektare lahannya ada di Aceh Tengah.

Nasaruddin mengatakan, aktivitas perekonomian kopi di daerahnya kian bergairah sejak kopi gayo memperoleh sertifikat Indikasi Geografis Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada 28 April 2010, serta mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis dari Uni Eropa pada 26 Oktober 2015.

Nilai tawar kopi gayo pun semakin tinggi. Dengan sertifikat tersebut, maka kopi gayo dijual dengan label atau merek sendiri. Sebelum disertifikasi begitu kopi gayo selama ini dikenal di pasar internasional sebagai “kopi sumatera” bersama kopi sidikalang dan kopi maindailing.

Masih menurut Nasaruddin, kopi arabika gayo yang sekarang mendunia adalah varietas Gayo 1 (Aceh Tengah) dan Gayo 2 (Bener Meriah). Pembudidayaan meluas kedua varietas disarankan oleh Kementerian Pertanian karena dianggap memiliki kualitas dan produktivitas terbaik dari sekitar 24 jenis kopi gayo.

Penelitian dan pengembangan kedua varietas dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jenggawah, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Pada 2010, Kementerian Pertanian melepas Gayo 1 dan Gayo 2 sebagai varietas unggulan nasional. [Tempo]

Related posts