Kegigihan Malahayati agar ditiru perempuan Aceh

Jokowi harus beri gelar Pahlawan Nasional kepada Laksamana Malahayati
Laksamana Malahayati.

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Budayawan dan kolektor manuskrip, Tarmizi A Hamid menyambut baik ditetapkannya Laksamana Malahayati sebagai Pahlawan Nasional dan diharapkan kegigihannya bisa ditiru perempuan Aceh sekarang ini.

“Sudah semestinya Laksamana Malahayati sebagai pahlawan nasional, malah menurut saya sudah sangat terlambat penganugerahan itu, karena kegigihannya menjadi komandan angkatan laut wanita luar biasa dalam menguasai maritim Selat Malaka dan Aceh,” katanya di Banda Aceh seperti dilansir laman Antara, Jumat (10/11).

Presiden Joko Widodo melalui Kepres Nomor 115/TK/Tahun 2017 menetapkan dan penganugerahan empat pahlawan nasional, yakni Laksamana Malahayati dari Aceh, Zainuddin Abdul Madjid dari NTB, Mahmud Riayat Syah dari Kepri, dan pendiri HMI Lafran Pane dari Yogyakarta.

Tarmizi yang akrab disapa Cek Midi itu mengatakan, Laksamana Malahayati dijuluki singa betina laut Aceh yang mempunyai sifat keberanian di atas lelaki perkasa.

Malahayati tidak begitu dikenal di Nusantara, tetapi begitu hebat namanya dalam dunia sejarah terutama kalangan sarjana Eropa, karena dia berhasil membunuh Cornelis de Houtmand, seorang Jenderal dari Belanda.

“Dalam penyerangan itu Cornelis de Houtmand sendiri tewas di tangan Malahayati dan beberapa anak buahnya juga terbunuh, sedangkan Federick de Houtmand ditawan selama dua tahun dan dijebloskan ketahanan Kerajaan Aceh,” ujar Cek Midi.

Ia menceritakan, Laksamana Malahayati dalam pergerakan ini adalah sebagai ambil alih dari suaminya yang terbunuh oleh Belanda.

Dia menjadi komando wanita pasukan atau “Inong Balee” yang suaminya semua mati syahid saat perang dengan Belanda dan Mahalayati perempuan pertama di dunia yang bergelas Laksamana.

Oleh karenanya, Cek Midi berpesan agar generasi sekarang harus melihat cerminan masa lalu sebagai cambuk inspirasi kedigdayaan seorang perempuan yang batas kemampuannya di atas hak seseorang lelaki.

“Genarasi wanita era melenia harus belajar kesetaraan wanita dengan lelaki pada masa itu sebagai bentuk perimbangan wanita sekarang,” ujar dia.

Sejarah membuktikan bahwa wanita di Aceh bisa melakukan apa saja di atas kemampuan seorang lelaki, katanya lagi.

Ia juga berharap, Pemerintah harus terus melajukan investigasi dan identifikasi para pejuang lainnnya di Aceh masa lalu, dalam upaya pemberian gelar serupa dengan Cut Nyak Dhien, Cut Mutia dan Kemalahayati.

“Masih banyak nama-nama lainnya di Aceh yang sudah pantas juga sebagai ajuan pahlawan yang akan datang. Semua pejuang kemerdekaan dari Aceh pantas dan sangat tepat untuk menjadi Pahlawan Nasional,” kata Cek Midi.

Related posts