Beda Pangkostrad pilihan Jenderal Gatot dan Marsekal Hadi

Beda Pangkostrad pilihan Jenderal Gatot dan Marsekal Hadi
Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto (kiri) dan Mantan Panglima TNI, Jendral Gatot Nurmantyo. (Merdeka.com)

Jakarta (KANALACEH.COM) – Mabes TNI akhirnya mengumumkan siapa Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat (Pangkostrad) yang baru. Letnan Jenderal Agus Kriswanto yang saat ini menjadi Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan (Dankodiklat) dipercaya menggantikan letjen Edy Rahmayadi yang mengajukan pensiun dini dan mengikuti Pilgub Sumatera Utara.

Sebelum pensiun Jenderal Gatot Nurmantyo sempat menunjuk Asisten Operasi Kasad Mayjen Sudirman menjadi Pangkostrad. Hal ini tertuang dalam Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/982/XII/2017, tanggal 4 Desember 2017.

Dalam mutasi besar-besaran itu tak cuma Pangkostrad yang diganti, ada 84 perwira tinggi yang dirotasi.

Rotasi besar-besaran di tubuh TNI ini menuai kritik dari sejumlah pihak. Mereka menilai Jenderal Gatot seharusnya tak melakukan perombakan jelang pensiun.

Menanggapi hal ini, Gatot mengaku saat itu tak tahu akan diganti. Setelah diberi kabar soal penggantian panglima, dia menjelaskan tak akan melantik pejabat yang dipilihnya.

Gatot juga menyerahkan soal ini sepenuhnya pada Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI yang baru untuk melakukan evaluasi.

Surat keputusan mutasi Jenderal Gatot kemudian dibatalkan oleh Marsekal Hadi Tjahjanto. Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/982.a/XII/2017 tanggal 19 Desember 2017 membatalkan mutasi 16 jenderal. Promosi untuk Mayjen Sudirman dibatalkan. Letjen Edy Rahmayadi kembali menjabat sebagai Pangkostrad.

Saat ditanya soal revisi mutasi tersebut, Panglima TNI menegaskan semuanya sudah melalui penilaian SDM dan Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi (Wanjakti) TNI. Marsekal Hadi juga mengaku telah melakukan evaluasi SDM. Bukan karena faktor suka atau tidak suka.

“Pembinaan karier seorang prajurit TNI itu sudah baku. Tidak ada istilah di dalam pembinaan karier itu like and dislike,” kata Marsekal TNI Hadi Tjahjanto beberapa waktu lalu.

TNI AD juga menilai penunjukkan Letjen Agus Kriswanto sudah tepat. Tak masalah bukan Mayjen Sudirman yang dipilih.

Kepala Staf TNI AD Jenderal Mulyono menegaskan tak ada motif lain di balik dipilihnya Letjen TNI Agus Kriswanto menggantikan Edy Rahmayadi. Menurut Mulyono proses pergantian jabatan tersebut sesuai dengan kepentingan organisasi di tubuh TNI.

Mulyono menyebut prestasi Agus Kriswanto sudah bagus, apalagi saat ini sudah mencapai bintang tiga. Kepemimpinannya bisa diandalkan untuk memajukan Kostrad.

“Sampai bintang tiga berarti hebat dia. Kalau bintang empat enggak bisa dia, karena mau pensiun. Tapi selagi masih aktif, prestasinya bagus, Insya Allah bisa diandalkan untuk majukan Kostrad,” tutur Mulyono.

Dia juga menilai Agus pun punya kepribadian baik sehingga tak akan kesulitan menjalankan tugasnya.

Agus Kriswanto lahir 10 Juli 1960 di Pekalongan. Dia merupakan Alumnus Akademi Militer tahun 1984. Pria berusia 57 tahun ini merintis karirnya sejak awal di tubuh Kostrad.

Agus mengawali karir sebagai Komandan Peleton di Yonif 724/Julu Siri Kodam XIV/Hasanuddin. Di tempat yang sama dia menjadi komandan kompi.

Tahun 1998 dia menjabat Danyonif 403/Wirasada Pratista. Dua tahun kemudian dia dipercaya menjadi Dandim 1004/Kotabaru Korem 101/Antasari. Dengan pangkat Kolonel Agus kemudian menjadi Danbrigif Linud 18/Trisula tahun 2003.

Pangkat Brigadir Jenderal diraihnya saat menjabat Dirdik Kodiklat TNI-AD (2011), lalu ke Semarang menjadi Kasdam IV/Diponegoro (2012).

Tak lama kemudian dia naik pangkat menjadi Mayor Jenderal sebagai Pangdivif 2/Kostrad (2013) dan Pangdam Iskandar Muda di Aceh tahun 2014.

Tahun 2016 dia dipromosikan menjadi Letnan Jenderal dan menjadi Dankodiklat di Bandung. [Merdeka.com]

Related posts