Dokter paru ditargetkan ada dua di setiap kabupaten di Aceh

Wakil Gubernur Aceh, Nova Iriansyah saat membuka pertemuan Ilmiah Respirasi yang digelar oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Cabang Aceh, di Banda Aceh Sabtu (7/4).(ist)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Wakil Gubernur Aceh, Nova Iriansyah mengatakan persoalan paru dan pernapasan termasuk penyakit yang menyebabkan kematian paling tinggi di dunia. Diperkirakan, di tahun 2030, penyakit ini akan menjadi penyebab kematian ketiga tertinggi di dunia. Di Indonesia ada 4,8 juta penderita penyakit ini.

Aceh kata Nova, termasuk daerah penyumbang pasien terbanyak. Salah satu penyebabnya adalah pola hidup masyarakat yang tidak sehat. Angka produksi rokok terus meningkat. Artinya, konsumen rokok juga ikut meningkat. Karena itu, perhatian pemerintah terhadap pengembangan ilmu respirasi sangat penting.

“Peran dokter respirasi sangat dibutuhkan,” kata Nova saat membuka pertemuan Ilmiah Respirasi yang digelar oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Cabang Aceh, di Banda Aceh Sabtu (7/4).

Perhimpunan dokter paru Aceh menargetkan, sekurang-kurangnya ada dua dokter paru di setiap kabupaten di Aceh. Pemerintah Aceh berharap target itu bisa segera terealisasi.

Wagub Nova meminta para dokter paru untuk terus meningkatkan pengetahuan, memperkuat dedikasi dan komitmennya demi memberi layanan kesehatan berkualitas kepada rakyat Aceh. Pemerintah Aceh, lanjut Nova, terus mendukung langkah pengembangan ilmu kesehatan di Aceh.

“Peningkatan kesehatan merupakan salah satu prioritas utama dan pertama yang harus direalisasikan dan harus nyata manfaatnya di masyarakat,” ujarnya.

Sementara itu Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Aceh, Dr. Teuku Zulfikar,Sp.P(K), FISR, mengatakan, pihaknya akan terus berupaya untuk menurunkan persentase TBC di Aceh dengan terus mengadakan sosialisasi pencegahan dan penyembuhan TBC kepada masyarakat.

“Kita akan terus promosi dan sampaikan ke masyarakat bagaimana cara mencegah dan cara menyembuhkan,” katanya.

Zulfikar menambahkan, untuk saat ini hanya ada 30 dokter spesialis paru yang tersebar di seluruh daerah di Aceh. Namun dirinya menyatakan, masyarakat tidak perlu khawatir.

“Karena sekarang sudah ada pendidikan spesialis paru di Unsyiah, kalau dibutuhkan kita bisa minta bantu,” pungkasnya.

Untuk peserta simposium ilmiah itu mencapai 260 orang. Mereka yang ikut serta adalah para dokter spesialis paru, dokter umum, perawat dan para para peserta didik spesialis. Sehari sebelumnya, PDPI telah terlebih dahulu mengadakan workshop. [Randi/rel]

Related posts